Klaster COVID-19 Kelab Itaewon Picu Diskriminasi Kaum Homoseks di Korsel
JAKARTA - Kasus baru COVID-19 di Korea Selatan (Korsel) berkaitan dengan klub di daerah Itaewon, Seoul. Namun terdapat sorotan lain terkait kasus baru itu. Warganet Korsel mengkritik klub komunitas gay karena dianggap menyebabkan kebangkitan dalam gelombang baru penyebaran virus tersebut.
Dilansir dari Korea Herald, Senin 18 Mei, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) mengumumkan pada pengarahan rutin COVID-19 bahwa 166 infeksi baru telah ditelusuri dan terhubung dengan kasus COVID-19 di klub Itaewon.
Sebelumnya, sudah terdapat kritik terhadap mengapa kasus baru tersebut bisa terjadi. Namun kritik tersebut merembet dari soal penularan virus di klub, hingga akhirnya kritik terhadap komunitas LGBT di Korsel secara keseluruhan.
"Kami tidak pernah mengatakan heteroseksual mendapatkan virus corona. Kami hanya mengatakan seseorang (tanpa menyebutkan orientasi seksusal). Mengatakan bahwa kamu adalah kelompok minoritas yang terkena virus merupakan ekspresi kebencian,” kata seseorang yang aktif di komunitas LGBTQ yang ingin dikenal dengan nama Facebook-nya, Kko Kka Sae. Dia mengelola halaman Facebook di mana anggota LGBT saling mendukung.
“Ketakutan telah membuat orang saling menyalahkan. Kami tidak mengatakan ini adalah kesalahan heteroseksual ketika ada penyebaran virus," tambahnya.
Banyak komunitas LGBT yang kecewa dengan pemberitaan saat ini. Mereka mengatakan liputan terkait penularan COVID-19 di Itaewon terlalu menekankan komunitas LGBT dan memberikan kesempatan orang-orang yang membencinya untuk menyerang mereka di media sosial.
Wabah Itaewon pertama kali muncul
Pada malam 1 Mei dan dini hari 2 Mei, seorang pria berusia 29 tahun mengunjungi beberapa klub di Itaewon, menurut KCDC. Pada 7 Mei, pria itu dinyatakan positif COVID-19.
Pada saat pria itu pergi ke klub, Korsel masih berada di bawah aturan jarak sosial yang ketat dan warga disarankan untuk tinggal di rumah dan membatasi kontak yang tidak perlu dengan orang lain. Aturan-aturan jarak sosial dicabut pada 6 Mei.
Wakil direktur KCDC Kwon Joon-wook mengatakan bahwa ada dua orang yang diidentifikasi sebagai orang pertama yang menunjukkan gejala pada 2 Mei dan mengatakan kluster Itaewon mungkin memiliki 'berbagai episenter atau sumber'.
Tetapi ketika berita itu menyebar, beberapa media Korsel melaporkan bahwa klub yang dikunjungi pria berusia 29 tahun itu adalah klub gay. Informasi tersebut ditambah dengan informasi yang sudah tersedia secara publik tentang usia pria itu, tempat ia tinggal, dan tempat-tempat yang telah ia kunjungi.
Pihak berwenang Korsel telah mendesak masyarakat untuk tidak menargetkan individu atau komunitas tertentu. Seorang pejabat Departemen Kesehatan, Yoon Tae-ho, mengatakan bahwa ada kecenderungan "kritik dan kebencian terhadap kelompok tertentu yang menjadi tempat terjadinya infeksi," tanpa menyebut nama komunitas LGBT secara eksplisit.
Baca juga:
"Membocorkan informasi pribadi pasien yang dikonfirmasi atau menyebarkan desas-desus tidak berdasar tidak hanya merugikan orang lain tetapi dapat dihukum secara pidana," tambah Yoon.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok advokasi hak LGBT, Solidaritas untuk LGBT Hak Asasi Manusia Korea, mengatakan keputusan media untuk mengungkap detail pribadi pasien berusia 29 tahun itu memicu kebencian dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang serius.
"Sikap media, yang terobsesi untuk mengungkapkan orientasi seksual dari kasus yang dikonfirmasi dan menggali informasi yang tidak ada hubungannya dengan penyakit ini, menambah stigma penyakit tersebut pada kebencian terhadap minoritas yang telah lazim di masyarakat Korea," tutupnya.