Angka Penjualan Smartphone yang Masih Terpuruk Akibat COVID-19
JAKARTA - Saat ini pandemi COVID-19 bukan saja mengkahwatirkan pada kesehatan masyarakat, tetapi juga sektor bisnis dibidang penjualan ponsel. Dampaknya virus tersebut telah secara signifikan menghantam pasar smartphone dunia.
Menurut laporan situs market share CounterPoint, Senin 11 Mei, sejak kuartal pertama tahun ini penjualan smartphone secara keseluruhan berada di bawah 300 juta unit. Ini merupakan angka penjualan terendah, sejak tahun 2014.
Baca juga:
Sebenarnya, jika tak ada pandemi ini, tanda-tanda pemulihan pasar smartphone telah terjadi di penghujung akhir kuartal keempat 2019. Namun kini penjualan global smartphone sejak awal tahun 2020, bahkan tak lebih dari 295 juta unit.
Angka yang terbilang rendah, jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya bisa mencapai 341 juta unit. Penurunan ini juga dipengaruhi, berkurangnya jumlah pengiriman global hingga 27 persen Year Over Year (YoY) di China. Di mana saat itu, China menjadi epicentrum global dari pandemi ini.
Jadi pendapatan keseluruhan dari pangsa pasar China pada ponsel pintar secara global pada Q1 2020 berkurang drastis dari 26 persen tahun lalu menjadi 22 persen saat ini. Penurunan ini juga berdampak pada sisi penjualan handset dan komponen untuk beberapa Original Equipment Manufacture (OEM) yang kedepannya akan memengaruhi pengiriman global.
Kendati demikian, pada akhir kuartal ketika wabah COVID-19 mulai menyebar ke seluruh dunia, dan kebijakan lockdown diberlakukan, penurunan penjualan mulai pulih dari awalnya hanya memasok kemudian menjadi ke permintaan.
“Dari sudut pandang konsumen, kecuali mengganti ponsel yang rusak, smartphone sebagian besar merupakan pembelian diskresioner. Konsumen, di bawah masa yang tidak pasti ini, kemungkinan akan menahan melakukan banyak pembelian diskresioner yang signifikan. Ini berarti siklus penggantian cenderung menjadi lebih lama," ungkap Associate Director di Counterpoint Research, Tarun Pathak.
Efek pandemi yang berkelanjutan di pasar ponsel pintar ini kemungkinan akan lebih buruk pada kuartal kedua. Sebab, di China pasar telah kembali pulih, sementara selain negara Tirai Bambu tersebut masih mengalami penguncian wilayah. Karena hal ini tergantung pada tingkat keparahan penyebaran virus tersebut.
Pemulihan di beberapa pasar tersebut juga bisa memakan waktu lebih lama. Ke depan, merek dengan pangsa lebih besar di China, seperti Huawei, berada dalam posisi yang lebih baik daripada merek seperti Samsung, yang hampir semua pasar utamanya berada di terkunci.
Diketahui, Samsung memimpin pasar ponsel cerdas selama kuartal Q1 2020 yang memiliki seperlima dari pengiriman ponsel pintar global. Sedangkan OEM menurun 18 persen YoY selama kuartal ini dan diperkirakan akan melihat penurunan yang lebih curam di Q2 2020.
Huawei tetap mengikuti alurnya dan menambahkan dorongan di China yang melampaui Apple lagi selama kuartal tersebut. Meski OEM-nya menurun 17 persen YoY selama kuartal tersebut. Lebih dari setengah pengiriman smartphone Huawei saat ini, berada di China.
Tak ada yang bisa mengalahkan Apple, ia tetap tangguh bahkan selama COVID-19 karena pengiriman iPhone menurun hanya 5 persen YoY selama kuartal tersebut. Meski dibarengi dengan penurunan pendapatan iPhone sekira 7 persen YoY untuk periode yang sama. Dampaknya pada beberapa negara Eropa dan Asia dalam kategori tidak berbahaya.
Merek asal China lainnya Xiaomi, tumbuh sekira 7 persen YoY selama kuartal tersebut. OEM terus memimpin pasar ponsel pintar India yang mencapai pangsa pasar tertinggi 30 persen sejak Q1 2018.
Dibandingkan dengan OEM besar lainnya, Vivo menurun lebih sedikit 10 persen YoY selama kuartal tersebut. Kinerja yang kuat di Pasar Smartphone India sebagian mengimbangi penurunan di pasar lain. Lainnya, terlepas dari pengiriman smartphone global yang sedang menurun, pangsa pasar Realme di tingkat global pada Q1 2020 mencapai 2 persen tetapi tetap stabil bertahan di posisinya nomor 7 vendor smartphone global.