Gagalnya 3 Atlet Taekwondo Ikut Kualifikasi Olimpiade Tokyo Bukti Indonesia Tidak Belajar dari Kasus All England

JAKARTA - Masih tersimpan dalam ingatan bagaimana tim bulu tangkis Indonesia dipaksa mundur dari kejuaraan All England di Birmingham pada 17-21 Maret lalu. Peristiwa ini seharusnya dijadikan pelajaran bagi semua cabang olahraga, tidak terkecuali taekwondo.

Tiga atlet taekwondo Indonesia gagal mengikuti kualifikasi Olimpiade Tokyo 2021 di Amman, Yordania pada 21-23 Mei kemarin. Sebuah kejadian yang sangat merugikan dunia olahraga nasional.

Mariska Halinda, M. Bassa Raihan dan Adam Yazid gagal bertarung karena kendala teknis saat pendaftaran. Sebelumnya, mereka telah menjalani pemusatan latihan di Korea Selatan (Korsel). 

Mengutip kicauan wartawan senior olahraga Ainur Rohman, Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) seharusnya melakukan pendaftaran secara online, tapi pengurus malah daftar manual sehingga atlet kita gagal berlaga di Olimpiade. Lho, kok bisa?

Saat tim bulu tangkis Indonesia dipaksa mundur dari turnamen bergengsi All England, praktisi olahraga Hifni Hasan melihat kasus tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi kontingen Merah Putih dalam kejuaraan internasional.

"Kasus ditariknya tim bulutangkis Indonesia dari All England menjadi pelajaran penting dan bahkan peringatan bahaya atau alarm bagi Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo nanti," kata Hifni dilansir dari Antara.

Hifni melanjutkan, induk organisasi cabang olahraga yang akan berjuang dan telah lolos ke Olimpiade, KOI dan bahkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda Dan Olahraga perlu secara dini dan serius serta teliti mengetahui aturan yang berlaku.

Aturan ini tentunya bukan cuma terkait penerapan penanganan COVID-19, melainkan juga prosedur dan regulasi pendaftaran peserta kualifikasi.

Namun, lagi-lagi, kita masih harus terus belajar. Seperti diungkap Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto. Peristiwa gagalnya atlet taekwondo Indonesia mengikuti kualifikasi di Amman harus jadi pelajaran bagi semua cabor. 

"Kalau mau ikut di event-event internasional, termasuk Olimpiade, tolong dipastikan, dipelajari regulasinya, kemudian komunikasinya harus dipastikan lancar.” ujar Gatot, dilansir VOI dari Metro TV News.

VOI sudah mencoba mengubungi PBTI untuk menanyakan perihal kejadian itu. Namun, sampai berita ini diturunkan belum ada respons dari PBTI.

Mariska Halinda seharusnya turun di kelas -49 kilogram (kg) putri, M Bassam Raihan di kelas -58 kg putra, dan Adam Yazid di kelas -68 kg putra. Dari ketiga nama ini, Mariska jadi yang paling berpeluang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. 

Sejak taekwondo dipertandingkan pada 1992 (eksibisi), atlet Indonesia cuma berlaga di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004. Kini, ketika kesempatan itu ada, malah lepas akibat kesalahan yang bisa dibilang konyol.