Trenggono dan Luhut Sebut Dunia Sedang Menuju Ekonomi Biru
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengingatkan jajaran Kementerian Kelautan dan Perikanan dan berbagai pihak terkait bahwa tren atau kecenderungan dunia pada saat ini adalah menuju penerapan ekonomi biru seutuhnya.
"Saya minta seluruh jajaran mulai dari bawah, apalagi kita akan menuju ekonomi biru. Di seluruh dunia saat ini menuju ekonomi biru," kata Menteri Trenggono dalam acara halalbihalal KKP yang digelar secara virtual di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin 17 Mei.
Menurut dia, penekanan kepada ekonomi biru penting karena yang ingin dicapai tidak sebatas keuntungan finansial tapi juga keberlanjutan ekosistem perikanan sesuai dengan konsep ekonomi biru yang saat ini menjadi acuan banyak negara.
Menteri Trenggono pun mengajak jajarannya untuk solid dan aktif menelurkan gagasan-gagasan serta berinovasi dalam rangka melahirkan solusi dalam mencapai target meski banyak tantangan yang harus dihadapi.
Ia mengingatkan bahwa target utama KKP di antaranya adalah mendorong produktivitas perikanan budi daya berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan nelayan, dengan sejumlah program prioritas mulai dari membangun kampung-kampung budi daya berbasis kearifan lokal, hingga meningkatkan PNBP dari sumber daya alam perikanan tangkap.
"Budi daya pun bisa mencemari laut. Nah ini harus kita berpikir bagaimana tidak mencemari laut. Maka budi daya dengan teknologi, dengan cara-cara yang lebih bagus," tegasnya.
Hal tersebut, lanjutnya, menjadi tantangan yang menarik dan dirinya optimistis bahwa hal itu dapat dilakukan dengan dukungan seluruh jajaran dan semangat ala "dream team".
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ekonomi biru (blue economy) menjadi arah kebijakan ekonomi yang akan dikembangkan Indonesia untuk mengelola potensi maritim yang dimiliki.
"Apa yang disebut ekonomi biru, inilah yang menjadi arah kebijakan ekonomi yang sedang kita kembangkan. Blue economy ini jadi betul-betul target pemerintah untuk kita bisa implementasikan," kata Menko Luhut dalam webinar, Jumat 7 Mei.
Menko Luhut menjelaskan sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi sektor kemaritiman yang sangat besar. Indonesia yang 75 persen wilayahnya merupakan lautan, memiliki potensi ekosistem terumbu karang yang luasnya mencapai 2,5 juta hektare serta bakau (mangrove) seluas 3,31 juta hektare. Potensi tersebut dinilai memiliki nilai ekonomi yang sangat besar.
Baca juga:
- Kabar Gembira dari KKP, Lima Nelayan Indonesia yang Ditangkap Aparat Malaysia Telah Dibebaskan
- Bantu Penuhi Kecukupan Gizi, Menteri Trenggono Salurkan 10 Ton Ikan Beku ke Pesantren
- Lebaran, KKP Bagikan Paket Ikan Segar 2,5 Ton di Karawang
- Luhut Tegaskan Pembangunan Infrastruktur di Bali Tetap Berlanjut meski Masih Pandemi
Pengembangan ekonomi maritim, lanjut Menko Luhut, akan diarahkan untuk mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Hal itu bertujuan untuk memperkuat sektor ekonomi sekaligus jadi motor pertumbuhan ekonomi baru di masa mendatang.
Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP, Sjarief Widjaja dalam sejumlah kesempatan menyatakan bahwa program Desa Inovasi yang dikembangkan KKP adalah dalam rangka menerapkan konsep Ekonomi Biru yang telah lama dicanangkan oleh pemerintah.
Sjarief mencontohkan seperti budidaya ikan gabus, di mana dari hulu dimulai dari pembenihan, lalu diproses hingga diperoleh albumin atau ekstrak dari gabus yang bermanfaat antara lain dalam membantu pemulihan pasca-operasi dalam hal regenerasi sel.
Hal itu, ujar dia, juga membuktikan bahwa produk hasil natural resources atau sumber daya laut Nusantara selain dapat dikonsumsi, juga memiliki added value atau nilai tambah yang tinggi.
"BRSDM KKP tengah mengembangkan albumin di Desa Gabus di Ciseeng. Selain itu terdapat Kampung Nila di Dusun Bokesan, Sleman; Kampung Rajungan di Desa Betahwalang, Demak; Kampung Sidat di Desa Kaliwungu, Cilacap," ungkap Kepala BRSDM.