Ketika Paspor Vaksin Diberlakukan pada Wabah Cacar: Masa sebelum COVID-19

JAKARTA - Saat dunia gencar menghadapi pandemi COVID-19, ada banyak pembicaraan tentang mewajibkan orang untuk memiliki "paspor vaksin" sebelum pergi ke luar negeri atau ke acara-acara yang ramai. Namun, sebenarnya hal ini bukan pertama kalinya.

Sebelum pemberantasannya pada abad ke-20, memiliki bekas cacar bisa menjadi pembeda antara mendapatkan pekerjaan atau tidak. Mengutip The Vintage News, cacar pernah menjadi penyakit yang paling ditakuti di dunia.

Sebelum penyakit cacar diberantas melalui vaksinasi, penyakit ini bisa menjadi penyakit yang mematikan. Perkiraan menunjukkan pada abad ke-18, Eropa kehilangan 400.000 orang per tahun akibat cacar.

Pada puncaknya, sepertiga orang didiagnosa buta karena mengalami pengembangan infeksi cacar. Gejala awal cacar termasuk demam, muntah, dan nyeri sendi, lalu diikuti oleh ruam kulit. Ruam tersebut akan berubah menjadi lepuh, yang pada akhirnya akan mengelupas, dan ketika lepuhan itu mengering akan terkelupas dan meninggalkan bekas luka.

Pengembangan vaksin cacar

Saat itu, terdapat kepercayaan bahwa pemerah susu memiliki rupa cantik. Selain itu, peternak sapi perah dan keluarganya sering tidak terjangkit penyakit cacar saat ada wabah.

Fakta tersebut menarik minat seorang dokter bernama Edward Jenner. Dia berteori bahwa karena para petani dan pemerah susu secara teratur terjangkit cacar sapi, hal ini mungkin melindungi mereka dari cacar.

Teori ini membuat Jenner, pada 1796, bereksperimen dengan vaksinasi pertama. Ide inokulasi bukanlah hal baru.

Beberapa orang biasa menggosok koin pada orang yang terinfeksi kemudian menempelkannya pada luka kecil pada anak yang sehat dengan harapan mereka akan tertular cacar dan sembuh. Tapi Jenner mengambil pendekatan berbeda.

Dia sengaja menginfeksi seseorang dengan cacar sapi, penyakit dengan gejala yang jauh lebih ringan. Kemudian, begitu mereka sembuh, Jenner kembali membuat mereka terkena cacar manusia.

Percobaannya terbukti berhasil dan dia menyebut proses selanjutnya sebagai "vaksinasi" yang berasal dari "vacca," bahasa Latin untuk sapi.

Bekas luka cacar 

Jika seseorang terkena cacar dan sembuh, kemungkinan besar dia akan memiliki bekas luka di sekujur tubuh. Bagi mereka yang berada di masyarakat kelas atas di mana kecantikan itu penting, ini bisa menjadi konsekuensi yang mengerikan.

Namun, bagi mereka yang berada di kelas pekerja, bekas luka ini bisa menjadi kunci untuk mendapatkan pekerjaan. Jika seorang pemberi kerja tidak pernah menderita cacar, mereka kemungkinan besar akan mempekerjakan seseorang yang memiliki bekas cacar karena hal itu menunjukkan bahwa mereka telah sembuh dari penyakit tersebut.

Akibatnya, mereka tidak akan terinfeksi cacar dan tidak menulari atasannya. Dalam beberapa kasus, para pemberi kerja mencari pekerja yang juga memiliki bekas luka vaksin.

Vaksinasi cacar pada saat itu meninggalkan sayatan di kulit lengan atas karena menginfeksi luka dengan virus cacar sapi hidup. Setelah vaksinasi, kemungkinan besar pasien hanya akan mengalami mual dan demam.

Oleh karena itu, dimungkinkan untuk mengetahui apakah seseorang telah divaksinasi untuk penyakit tersebut dengan memeriksa bekas luka di lengan mereka. Dengan wabah yang begitu meluas, kota-kota dan negara bagian yang paling terkena dampak mulai menuntut vaksinasi.

Sertifikat vaksinasi resmi wajib diperlihatkan untuk tugas sehari-hari seperti berangkat kerja atau sekolah. Ketika beberapa orang mulai memalsukan sertifikat, pejabat pemerintah malah meminta agar bekas luka vaksinasi tersebut dianggap sebagai bukti.

Kebijakan ini dilakukan tidak hanya di banyak kota dan negara bagian, tetapi bahkan dengan perusahaan swasta. Pada 1903, Henry Clay Frick memerintahkan semua orang yang bekerja di pabrik baja miliknya membuktikan bahwa mereka dan keluarga mereka telah divaksinasi.

Sama seperti orang yang mencoba memalsukan sertifikat vaksinasi, mereka sekarang juga mencoba memalsukan bekas vaksinasi. Hal tersebut merupakan hal yang tidak menyenangkan mengingat mereka menggunakan asam nitrat pada kulit untuk menghasilkan bekas luka yang mirip.

Program vaksinasi yang menyeluruh membuat kasus cacar yang terakhir didiagnosa terjadi pada Oktober 1977. Kemudian Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan cacar diberantas pada 1980.

MEMORI Lainnya

Baca juga: