PLN Akan Konversi PLTD Jadi Berbasis EBT, Tahap Pertama Dilakukan di 200 Lokasi

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN akan mengkonversi 5.200 unit pembangkit listrik tenaga disel (PLTD) yang berada di 2.100 lokasi dengan kapasitas 2 megawatt (MW) menjadi pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Dirut PLN Zulkifli Zaini mengatakan pada tahap pertama konversi PLTD menjadi EBT, akan dilakukan di 200 lokasi dengan kapasitas total 225 MW. Adapun tahap pertama ini, sedang dalam proses perencanaan pengadaan, dan ditargetkan beroperasi pada 2023 dan 2024.

"Program konversi PLTD, kami laksanakan tidak hanya memenuhi target bauran energi baru terbarukan saja, tapi kita ketahui banyak PLTD dengan kondisi sudah tua," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 7 Mei.

Untuk tahap kedua dengan potensi 500 MW, akan mulai dilakukan pengadaannya pada 2022 dengan target pengoperasian bertahap dari 2024 ke 2025. Sedangkan, kata Zulkifli, tahap ketiga, dengan potensi 1.300 MW direncanakan dapat COD atau beroperasi pada tahun 2025.

Zulkifli menyebut, langkah konversi PLTD ke EBT dikembangkan untuk dapat memasok suplai listrik ke masyarakat 24 jam penuh, di mana sebelumnya hanya 6 sampai 12 jam sehari

"Konversi PLTD ke EBT dikembangkan untuk dapat menyuplai kebutuhan listrik secara penuh 24 jam. Sehingga meningkatkan ekonomi kemasyarakatan," jelasnya.

Tak hanya itu, kata Zulkifki, Indonesia juga akan mendapatkan multiplier effect atau efek ganda yaitu penurunan angka subsidi bahan bakar minyak (BBM) dari PLTD.

"Kita paham bahwa PLTD menggunakan BBM, menggunakan solar yang kita impor. Kita paham bahwa satu tahun Indonesia mengimpor BBM sebesar Rp200 triliun. Sehingga penurunan BBM dari konversi PLTD ke EBT secara tidak langsung akan mengurangi impor BBM dan akhirnya penurunan subsidi BBM," katanya.