Ulama: Jangan Sampai Mudik Bawa Gembira Berujung Malapetaka

JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau masyarakat khususnya umat Islam yang akan merayakan Idulfitri agar menahan diri tidak mudik ke kampung halaman. Sesuai dengan anjuran pemerintah guna mencegah timbulnya lonjakan kasus baru COVID-19.

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia, Anwar Abbas menilai, kebijakan pemerintah tersebut sudah sangat sesuai dengan prinsip yang ada di ajaran agama Islam dan prinsip-prinsip yang ada di dunia ilmu. 

"Dunia ilmu menyatakan dalam situasi COVID-19 kita harus mentaati protokol kesehatan. Dalam agama, kita tidak boleh mencelakakan diri kita. Kita disuruh agama untuk menghindari hal-hal yang akan membuat diri kita celaka dan binasa," ujar Anwar kepada VOI, Jumat, 7 Mei.

Sekjen MUI periode 2015-2020 itu mengimbau, jangan sampai maksud untuk menggembirakan orang di kampung halaman justru akan mencelakakan orang lain lantaran membawa dan menyebarkan virus.

"Kan orang yang terkena virus banyak yang OTG (orang tanpa gejala, red). Jadi maksud hati untuk menggembirakan orang tua tetapi takutnya karena OTG malah menjadi malapetaka. Jadi gembira berujung tangis. Saya takut sekali," kata Anwar. 

Menurutnya, anjuran pemerintah terkait pelarangan mudik sudah tepat dan benar sehingga harus didukung oleh perilaku masyarakat secara bersama-sama. Sebab, perintah ini bertujuan menciptakan perlindungan bagi orang banyak.

"Maka ini wajib betul untuk dipatuhi. Kalau ada yang tidak patuh, jangan karena mementingkan diri sendiri atau satu keluarga kemudian satu kampung terbentuk klaster baru," tegas ulama asal Sumatera Barat itu.

Anwar pun memberi contoh kasus lonjakan di India yang kondisinya mengkhawatirkan. Dimana COVID-19 merajalela usai masyarakat mengikuti kegiatan keagamaan atau festival Kumbh Mela yang diikuti jutaan orang.

"Contohnya yang di India itu. Bagaimana mereka bergembira ria karena ada acara ritual mandi di sungai Gangga, sehabis itu langsung merebak wabahnya sehingga tidak mampu lagi rumah sakit menampung," terangnya. 

 

"Saat ini dunia kirim bantuan ke India, kan mengerikan sekali. Ini juga karena kita akan Idulfitri dan ada acara silaturahim biasanya kalau seandainya protokol medis tidak diperhatikan dan larangan pemerintah tidak dihiraukan ya saya benar-benar takut terjadi peristiwa di Indonesia," sambung Anwar. 

Karena itu, ketua PP Muhammadiyah periode 2015-2020 itu berharap ada kesadaran masyarakat untuk menghormati ketentuan pemerintah demi kebaikan bersama.

"Kebijakan ini adalah kebijakan yang didukung oleh ilmu dan agama. Jadi yang namanya ilmu dan agama kalau diikuti maka hidup akan baik dan selamat," jelas Anwar.

Dia pun mengutip pesan Prof. Muktar Ali, yang menyebutkan "Dengan seni hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan agama hidup menjadi terarah".

"Jadi dengan ilmu kita perhatikan prokes, kita terhindar dari sakit dan penyakit. 

Dengan kita patuhi ketentuan agama hidup kita jadi baik menjadi terarah," tandas Anwar Abbas.