Sempat Dituduh Sebarkan Corona, Ada Apa di Laboratorium Virologi Wuhan?
JAKARTA - Berbagai penelitian terhadap virus corona baru sudah banyak dilakukan sejak kemunculannya pada akhir tahun 2019. Sedikit demi sedikit, seluk beluk karakteristik virus mulai terungkap. Namun, ada satu pertanyaan yang belum terjawab atau mungkin tidak akan pernah bisa terjawab: dari mana asal virus mematikan ini?
Minggu lalu, Badan Intelijen dan Keamanan Nasional Amerika Serikat mengabarkan bahwa mereka sedang melakukan investigasi terkait sumber penyebaran virus corona yang kemungkinan berasal dari laboratorium, bukan pasar hewan di Wuhan, China. Kabar itu pertama kali diwartakan oleh Fox News.
Sumber dalam pemberitaan tersebut meyakini "pasien nol" COVID-19 adalah orang yang bekerja di laboratorium Institut Virologi Wuhan (WIV). Kabar itu langsung dibantah oleh Wakil Direktur WIV Zhiming Yuan. Mengutip NBC News, Yuan bilang, "tidak mungkin virus ini datang dari kami. Kami memiliki peraturan yang ketat dan kode etik penelitian."
Menurut beberapa ahli yang dikutip Live Science, anggapan bahwa virus corona baru direkayasa secara genetika merupakan murni konspirasi. Pasalnya, untuk membuktikan teori itu perlu data dan informasi yang transparan. Dan hal itu tentu tidak terjadi di China.
Oleh karena itu, seperti dikatakan Direktur Asosiasi Laboratorium Penyakit Menular dari Universitas Boston Nasional, Gerald Keusch, skenario yang paling mungkin terjadi adalah virus corona muncul secara alami.
"Berdasarkan tidak adanya data, skenario yang mungkin terjadi yakni virus menular dari kelelawar kepada beberapa spesies mamalia dan menular ke manusia," kata Keusch.
Yang dikerjakan WIV?
Seperti diketahui, laboratorium senilai 30 juta poundsterling itu adalah pusat pengujian virus tercanggih di daratan China. Laboratorium itu terletak sepuluh mil dari "pasar basah" Wuhan yang dikenal sebagai tempat awal mula penyebaran COVID-19.
WIV didirikan pada 1956 lalu di bawah naungan Chinese Academy of Science (CAS). Melalui laboratorium ini, China menguji berbagai virus berbahaya yang dapat ditularkan kepada manusia, salah satunya SARS.
Pada 2002 hingga 2003, China mengalami wabah SARS yang membunuh lebih dari delapan ratus orang dan menginfeksi lebih dari delapan ribu orang. Laboratorium tersebut lantas bekerja untuk menguji wabah itu. Pada tahun itu mereka juga menguji virus flu burung.
Baca juga:
Dari foto dan video yang tersebar luas di internet dan situs resmi WIV, terlihat beberapa ilmuwan tengah sibuk mengerjakan sesuatu, seperti meneliti virus.
Tentu saja, saat melakukan pengujian, para ilmuwan ini diwajibkan mengenakan pakaian super aman dan lengkap alias Alat Pelindung Diri (APD) agar tidak terpapar virus yang sedang diuji.
Sementara untuk mendesain laboratorium ini, China menggandeng desainer asal Prancis. Gedung empat lantai ini dirancang serba modern. Saat ini laboratorium memiliki tingkat keamanan biosafety level P4. Artinya, laboratorium ini memiliki keamanan yang super ketat karena di dalamnya pun terdapat alat-alat super canggih untuk menguji virus.