Tren Berburu Koin Jagat adalah Masalah Struktural, Bukan Sekadar Perusakan Fasilitas Umum

JAKARTA – Permainan berburu harta karun digital yang disebut Koin Jagat viral di media sosial TikTok. Namun karena merusak sejumlah fasilitas publik, konsep permainan ini diganti dengan Misi Jagat yang fokus pada aksi menjaga lingkungan. Mengapa masyarakat Indonesia gemar berburu "harta karun" bahkan sampai merusak?
Fenomena perburuan harta karun digital lewat aplikasi Jagat, atau dikenal dengan sebutan Koin Jagat, mencuri perhatian masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.
Koin Jagat adalah fitur terbaru dalam aplikasi sosial Jagat. Aplikasi ini dikenal sebagai platform yang memungkinkan penggunanya tetap terhubung dengan keluarga dan sahabat secara real time. Dengan menggunakan aplikasi ini, pengguna bisa melacak lokasi dan aktivitas orang terdekatnya.
Yang membuat aplikasi ini makin populer adalah adanya permainan berburu Koin Jagat. Sederhananya, permainan yang bermula viral di TikTok ini mengajak penggunanya mencari dan mengumpulkan koin virtual yang tersebar di berbagai lokasi publik di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Nantinya, setiap koin yang ditemukan bisa ditukar dengan hadiah uang tunai yang menggiurkan. Nilai hadiah koin bervariasi, antara Rp300.000 sampai Rp1.000.000 untuk Koin Perunggu, sedangkan Koin Emas menawarkan hadiah lebih besar yang menjadikannya incaran utama para pemburu.
Psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto mengatakan, permainan Koin Jagat yang tren di kalangan tertentu dapat menimbulkan dampak positif pada pemainnya.
“Aspek pertama soal motivasi dan penghargaan. Koin yang tersebar dan iming-iming hadiah uang dapat menciptakan rasa kompetisi dan pencapaian,” kata Kasandra.
“Ketika berhasil menemukan koin, mereka merasakan kepuasan dan penghargaan yang dapat meningkatkan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang,” imbuhnya.
Mendorong Perilaku Tidak Etis
Meski menawarkan keseruan dan hadiah yang menarik, permainan ini juga menjadi kontroversi. Akibat tren berburu Koin Jagat ini, sejumlah fasilitas umum dan ruang publik seperti di Gelola Bung Karno (GBK) di Jakarta.
Kerusakan yang ditimbulkan mencakup tanaman yang rusak, paving block yang dibongkar, serta kerusakan pada tiang lampu. Kerusakan juga terjadi di Taman Tegalega, Bandung, Jawa Barat akibat aktivitas ini.
Pengamat infrastruktur dan tata kota Yayat Supriatna menyoroti adanya masalah besar ketika permainan virtual seperti Koin Jagat berinteraksi dengan ruang publik yang punya aturan.
“Ruang digital tidak memiliki aturan, tetapi saat berinteraksi dengan ruang publik yang diatur, muncul berbagai masalah,” ucap Yayat, mengutip Tempo.
Yayat juga mengkritik efek negatif dari permainan ini terhadap produktivitas dan ketertiban. Aktivitas berburu koin dianggap hanya meningkatkan adrenalin tanpa manfaat yang jelas.
"Permainan ini berpotensi merusak pola pikir, terutama pada anak-anak yang sudah terpapar oleh berbagai bentuk perjudian dan pinjaman online," tambahnya.
Senada dengan Yayat, Kasandra Putranto juga menyebutkan dampak buruk dari permainan ini. Di antaranya adalah berpotensi menimbulkan perilaku negatif jika pemain merasa tertekan untuk bersaing atau merasa harus melakukan apa saja untuk mendapatkan koin tersebut.
Tekanan ini bisa memicu perilaku agresif seperti membuat kerusakan fasilitas, seperti yang terjadi di sejumlah tempat.
“Hal ini menunjukkan motivasi untuk mendapatkan koin dapat mendorong perilaku yang tidak etis atau merugikan,” papar Kasandra.
“Berdasarkan teori perilaku sosial, individu mungkin meyakini bahwa tujuan mendapatkan koin dibenarkan sekali pun dengan cara yang tidak tepat karena keterbatasan empati atau kesadaran akan dampak tindakan mereka terhadap orang lain dan lingkungan,” ia menambahkan.
Menjual Harapan
Sosiolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono mengurai beberapa faktor yang membuat permainan ini sangat diminati masyarakat. Pertama, permainan tersebut menawarkan unsur petualangan yang mendorong penggunanya berinteraksi di dunia nyata.
"Ini menjadi menarik dan berbeda dengan tren sekarang yang lebih banyak membuat penggunanya berinteraksi dengan gadget," kata Drajat.
Namun Drajat melanjutkan, yang terpenting adalah adanya ming-iming hadiah uang tunai dalam pencarian Koin Jagat. Permainan semacam ini menjual harapan terhadap penggunanya untuk mendapatkan uang secara instan, meski secara matematis peluang keberhasilannya sangat kecil.
Karena itu, pada akhirnya permainan ini mirip lotre, mengandalkan keberuntungan pemainnya. Bedanya, ini tidak sekadar mengadu nasib, tapi juga dibalut dengan petualangan.
"Masyarakat kelas bawah dan menengah ini dinamis. Bebannya berat untuk ditanggung. Mau mencari pekerjaan, buat usaha, sekarang sedang sulit kan, sehingga begitu ada peluang mengakses itu (uang secara instan), orang berbondong-bondong mencarinya," kata dia.
Drajat mengacu pada tren masyarakat kelas menengah rentan turun kelas karena beragam faktor seperti dipecat dari pekerjaan, sulit mendapatkan pekerjaan baru, berbagai pungutan iuran yang membebani, hingga biaya hidup yang terus meningkat.
"Jadi peluang apa pun, termasuk permainan ini, menggugah harapan untuk dapat (uang)," tutur Drajat.
Baca juga:
- Kasus Hasto Kristiyanto adalah Gambaran Politik Indonesia yang Penuh Pengkhianatan, Manipulasi, dan Permainan Kekuasaan
- Ancaman Kerusakan Ekologi dan Kehidupan Masyarakat Lokal Akibat Pagar Laut Ilegal di Tangerang
- Pemerintah Tak Transparan, Pagar Laut Jadi Barang Haram
- Polemik Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan: Antara Menebalkan Iman dan Ancaman Learning Loss
Dari fenomena ini, menurut Drajat, pemerintah seharusnya lebih jeli menyelisik soal kehidupan masyarakat. Fenomena berburu harta karun tak semata-mata dipandang sebagai aktivitas merusak fasilitas umum, padahal di baliknya tersimpan masalah struktural.
"Tindakan agresif luar biasa dari permainan ini bisa menjadi tanda bahwa masyarakat sebenarnya sedang membutuhkan pertolongan untuk memperbaiki ekonomi mereka," kata Drajat.