Kadin: Pemulihan Sektor Pariwisata Butuh Inovasi dan Kerja Sama
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional Arsjad Rasjid menyatakan, pemulihan sektor pariwisata di Tanah Air membutuhkan kerja sama, inovasi, dan koordinasi dengan semua pihak terkait.
Setahun belakangan, pemerintah telah menerapkan kebijakan berupa program stimulus untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata yang terdampak pandemi COVID-19, di antaranya dana hibah, subsidi bunga, restrukturisasi kredit, dan kredit usaha rakyat (KUR) pariwisata.
“Pengusaha mengapresiasi langkah nyata Pemerintah dalam memulihkan industri pariwisata. Pariwisata adalah nadi perekonomian nasional, selain sektor minyak dan gas. Bahkan, pandemi COVID-19 telah menghentikan denyut nadi pariwisata di Bali yang dulu begitu semarak,” kata Arsjad dilansir Antara, Sabtu, 17 April.
Baca juga:
- Kadin: Di China, 25 Persen Kendaraan Fosil Akan Beralih ke Mobil Listrik
- Tenangkan China, Produsen Mobil Listrik Tesla Pastikan Data dari China Tidak Keluar
- Avanza Hybrid Siap Meluncur Tahun Depan, Akan Bersaing dengan Xpander Hybrid
- Indika Energy, Perusahaan Milik Konglomerat Agus Lasmono Sudwikatmono Ini Resmi Berbisnis Mobil Listrik
Arsjad yang juga Calon Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2021-2026 ini menilai tepat pemberian dana hibah sebesar Rp 3,3 triliun untuk sektor pariwisata, di mana sebesar Rp 1,18 triliun diperuntukkan bagi sektor pariwisata Bali.
Namun, ia mengingatkan agar penyaluran bantuan harus tepat, sehingga penggunaannya terarah dan sesuai harapan.
Saat ini, terdapat 34 juta tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak pandemi COVID-19. Banyak di antara pelaku usaha dan industri kreatif yang gulung tikar serta tidak sedikit yang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Pandemi COVID-19 memaksa pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk bertahan dan berinovasi. Saat ini, vaksinasi menjadi harapan kita semua. Tahun 2021, sektor pariwisata harus bangkit dari keterpurukan,” katanya.
Menurut Arsjad, pariwisata Bali harus diselamatkan, sebab sumber pendapatan utama Provinsi Bali berasal dari pariwisata dan ekonomi kreatif. Sebelum pandemi, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali mencapai 6,5 juta orang dan wisatawan domestik 10,5 juta orang.
“Faktor-faktor ini harus menjadi pertimbangan untuk menghidupkan kembali pariwisata Bali," jelas Arsjad.
Di sisi lain, Arsjad juga mengapresiasi kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) untuk menyalurkan modal kerja ke sektor-sektor terdampak pandemi, seperti pariwisata, perhotelan, dan restoran.
“Saya optimistis kebijakan OJK beserta stimulus pemerintah dan Bank Indonesia akan membuat stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga baik,” katanya.