Rahasia Selama 5.000 Tahun Terungkap, Ini Tujuan Pendirian Stonehenge yang Sebenarnya

JAKARTA - Stonehenge merupakan monumen batu raksasa yang terletak di Salisbury Plain, Inggris, telah memikat perhatian dunia selama lebih dari 5.000 tahun. Selama berabad-abad, tujuan asli pendirian Stonehenge menjadi misteri besar, dengan berbagai teori bermunculan.

Mulai dari tempat peribadatan, kalender astronomi, hingga pusat penyembuhan. Namun, sebuah penelitian terbaru akhirnya mengungkapkan tujuan sebenarnya dari monumen megah ini.

Dilansir VOI dari laman Daily Mail pada Jumat, 27 Desember 2024, menurut studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University College London (UCL) dan Aberystwyth University, Stonehenge dibangun sebagai simbol persatuan antara tiga wilayah yang berbeda di Inggris.

Penelitian ini menyatakan bahwa monumen ini merupakan upaya untuk menyatukan berbagai suku di wilayah yang kini dikenal sebagai Inggris, Skotlandia, dan Wales.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa batu-batu besar yang membentuk Stonehenge tidak hanya berasal dari Wiltshire, tempat monumen ini berdiri, tetapi juga diangkut dari wilayah yang jauh, termasuk Wales barat daya dan Skotlandia timur laut. Batu-batu ini, yang dikenal sebagai 'bluestones' dan 'sarsens', dipilih dengan cermat untuk mewakili kontribusi dari berbagai komunitas yang berbeda.

Menurut para peneliti, orang-orang dari Skotlandia dan Wales membawa batu-batu lokal mereka ke Wiltshire sebagai bentuk kontribusi untuk pembangunan Stonehenge. Batu-batu ini kemudian dipasang untuk menciptakan sebuah simbol persatuan yang kuat di antara suku-suku yang ada pada masa itu.

Meskipun pada waktu itu tidak ada konsep negara seperti Inggris, Skotlandia, atau Wales, Stonehenge menjadi representasi dari ketiga wilayah tersebut, yang pada gilirannya menyatukan mereka dalam satu identitas yang lebih besar.

Salah satu aspek paling menarik dari Stonehenge adalah asal-usul batu-batunya. Batu sarsen yang besar, yang memberikan penampilan khas pada Stonehenge, berasal dari West Woods di Wiltshire, sekitar 24 kilometer dari lokasi monumen.

Namun hal lebih mengejutkan adalah keberadaan batu-batu bluestone yang lebih kecil, yang berasal dari Craig Rhos-y-Felin di Preseli Hills, Wales barat daya. Bahkan, batu terbesar di Stonehenge, Batu Altar, yang terletak di pusat monumen, berasal dari Skotlandia utara, hingga 1.000 kilometer jauhnya.

Penemuan ini menguatkan teori bahwa Stonehenge bukan hanya sebuah tempat ibadah atau observatorium astronomi, tetapi juga sebuah monumen yang menggabungkan elemen politik dan sosial. Dengan membawa batu dari wilayah sangat jauh, Stonehenge menjadi simbol dari kolaborasi jarak jauh yang luar biasa antara berbagai suku di Britania pada masa itu.

Para peneliti juga berpendapat bahwa Stonehenge memiliki tujuan ganda, yakni sebagai tempat yang memiliki makna politik dan agama. Meskipun tidak ada bukti pasti mengenai ritual yang dilakukan di Stonehenge, monumen ini diyakini sebagai tempat yang menghubungkan manusia dengan leluhur mereka dan alam semesta.

Dengan membawa batu dari berbagai wilayah, para pembangun Stonehenge secara simbolis menghubungkan komunitas-komunitas yang terpisah, menciptakan ikatan yang lebih kuat antara mereka.

"Stonehenge adalah monumen penyatuan bagi rakyat Inggris, merayakan hubungan abadi mereka dengan leluhur dan kosmos," kata Profesor Mike Parker Pearson, penulis utama penelitian ini.

Hal ini menunjukkan bahwa Stonehenge lebih dari sekadar monumen fisik, melainkan sebagai simbol dari identitas kolektif yang mencakup berbagai aspek kehidupan, baik politik, sosial, maupun spiritual.

Penelitian terbaru ini juga memberikan wawasan baru tentang hubungan antara Stonehenge dan wilayah-wilayah lain di Britania.

Penemuan arkeologis yang menunjukkan kesamaan antara desain rumah Neolitik di Orkney, Skotlandia, dan pemukiman Durrington Walls dekat Stonehenge menguatkan teori bahwa ada hubungan erat antara Salisbury Plain dan Skotlandia utara.

Hal ini menunjukkan bahwa Stonehenge mungkin juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai wilayah untuk merayakan musim dan perubahan langit, seperti yang dilakukan pada solstis musim dingin dan musim panas.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa Stonehenge digunakan sebagai kuburan kremasi bagi orang-orang dewasa selama lima abad pertama setelah pembangunannya.

Banyak dari orang yang dimakamkan di Stonehenge berasal dari luar Salisbury Plain, yang menunjukkan bahwa orang-orang datang dari jauh untuk berziarah ke sana, menambah bukti bahwa Stonehenge memang memiliki makna simbolis yang melampaui batas-batas geografis.