Pakai Dana BTT Cegah Banjir 5 Tahunan Terulang, Pj Gubernur DKI: Tak Perlu Keluarkan Status Darurat
JAKARTA - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi memastikan Pemprov DKI akan kembali melakukan operasi modifikasi cuaca demi bisa menekan tingginya curah hujan di Jakarta saat pergantian.
Sebab, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudsh mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem pada akhir tahun 2024 dan awal 2025. Jakarta diprediksi akan kembali mengalami banjir besar yang biasa melanda lima tahun sekali.
Banjir lima tahunan terakhir terjadi pada awal tahun 2020, di mana curah hujan saat itu mencapai 377 mm per hari atau tiga kali lipat lebih besar dibanding daya tampung sistem drainase di Jakarta.
"Kepala BMKG sudah me-warning kita semuanya terjadinya cuaca ekstrim di berbagai wilayah Indonesia, termasuk juga Di DKI Jakarta. Adalah masalah banjir khususnya, ini yang dihadapi oleh Jakarta," kata Teguh di Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 23 Desember.
BPBD memiliki anggaran TMC tahun 2024 sebesar Rp4,19 miliar. Pemprov DKI telah menggelontorkan sebagian anggaran tersebut untuk TMC pada tanggal 7-9 Desember dan 12-15 Desember 2024. Sehingga, anggaran tersisa anggaran Rp1,3 miliar.
Teguh mengaku sebelumnya masih mempertimbangkan kemudahan proses pencairan dana belanja tak terduga (BTT) untuk biaya operasional modifikasi cuaca.
Sebab, berdasarkan pengalaman sebelumnya, Pemprov DKI baru menggunakan BTT ketika ada kondisi mendesak seperti pandemi COVID-19. Pemerintah pun terlebih dulu perlu menetapkan status tanggap darurat sebelum anggaran BTT digunakan.
"Ternyata, kalau tadinya dengan biaya BTT itu kita pikir harus mengeluarkan status darurat, kita cermati Permendagri yang terkait dengan BTT, ada juga semacam mekanisme terkait pergeseran anggaran. Jadi, dalam kondisi mendesak," urai Teguh.
"Jadi, nanti untuk BTT tidak harus mengeluarkan status kondisi darurat, tapi dalam kondisi yang mendesak. Kalau memang curah hujannya cukup tinggi, kita akan lakukan," lanjutnya.
Meski demikian Teguh mengaku Pemprov DKI masih memantau kondisi pertumbuhan awan dalam beberapa hari mendatang. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan modifikasi cuaca.
"Nanti melihat potensi yang harus kita lakukan modifikasi cuaca, kami akan lakukan. Tapi kalau memang kondisi awan relatif tifak berakibat hujan lebat, kami tidak akan lakukan. Karenanya koordinasi dengan BMKG akan dilakukan lebih intens lagi," imbuhnya.