Water Birth Tak Direkomendasikan di Indonesia, Ada Bahaya untuk Ibu dan Bayi

JAKARTA – Artis peran Indonesia Nikita Willy menyampaikan kabar bahagia setelah ia melahirkan putra keduanya pada 15 Desember 2024. Namun metode melahirkan yang dipilih artis 30 tahun ini menjadi sorotan.

Sama seperti anak pertamanya, Nikita Willy juga melahirkan anak keduanya di Los Angeles, Amerika Serikat. Dari sejumlah foto yang diunggah di akun media sosialnya, Nikita diketahui memilih melahirkan dengan metode water birth.

“Nael Idrissa Djokosoetono telah bergabung dengan kami di bumi, dibesarkan dalam kehangatan rumah dan dikelilingi oleh orang-orang yang paling mencintai kami,” tulis Nikita di Instagramnya.

Sejak menikah dengan Indra Priawan Djokosoetono dan melahirkan anak pertamanya pada Januari 2022, gaya parenting Nikita Willy selalu menjadi perhatian, termasuk pilihan metode melahirkannya.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tidak merekomendasikan kelahiran dengan metode water birth karena sejumlah alasan. (Unsplash)

Jika dua tahun silam ia memilih metode pervaginam, kali ini ia melahirkan dengan metode water birth. Nikita bukan orang pertama di Indonesia yang memilih dengan metode ini. penyanyi Andien Aisyah dan Widi Mulia termasuk di antara yang menggunakan metode water birth untuk melahirkan anak mereka.

Pilihan untuk Mengurangi Rasa Sakit

Water birth sempat menjadi perbincangan khalayak beberapa tahun silam, karena metode ini dianggap dapat mengurangi rasa sakit ibu saat melahirkan dan memiliki banyak keuntungan lainnya.

Bidan perawat bersertifikat di Pioneer Women’s Health di Greenfield, Sarit Shatken-Stern, menjelaskan, water birth berarti sebagian dari proses persalinan, kelahiran, atau keduanya terjadi saat Anda berada di kolam berisi air hangat.

“Seperti semua proses melahirkan, tidak ada aturan yang pasti tentang bagaimana proses persalinan di air akan berlangsung. Semuanya sangat spontan dan harus sesuai dengan kebutuhan, keinginan orang yang melahirkan dan kesehatan ibu serta bayinya,” kata Shatken-Stern mengutip Baystate Health.

Melahirkan di air merupakan pilihan populer bagi mereka yang ingin melahirkan tanpa menggunakan, atau setidaknya mengurangi penggunaan alat penghilang rasa sakit termasuk epidural dan opioid. Dalam prosesnya, water birth dilakukan di bathup yang diisi air hangat.

“Siapa pun yang pernah duduk di bak air hangat atau jacuzzi pasti akan merasakan efek relaksasi dari berendam di air hangat,” ucap Shatken-Stern.

“Air di bak bersalin dijaga sedekat mungkin dengan suhu tubuh, membantu merilekskan dan mengendurkan otot yang pada gilirannya mengurangi rasa sakit,” imbuhnya.

Melahirkan di air diyakini dapat mengurangi rasa sakit dalam proses melahirkan. (Instagram/@nikitawillyofficial94)

Selain itu, berada di dalam air juga memudahkan untuk bergerak dan mengubah posisi sesuai keinginan. Hal ini dapat membantu mempercepat persalinan dan bagi sebagian orang, membuat kontraksi lebih efektif serta membantu menggerakkan bayi ke bawah panggul.

“Hanya dengan mengapung dan tidak terbebani dapat sangat menenangkan bagi orang yang akan melahirkan dan meningkatkan rasa kendali mereka atas bagaimana proses kelahiran berlangsung,” Shatken-Stern melanjutkan.

Ia juga mencatat bahwa melahirkan di air terbukti dapat mengurangi risiko robekan perineum yang parah dan perlunya episiotomy. Manfaat lainnya dari water birth bagi bayi adalah transisi yang lebut menuju kehidupan di luar rahim.

“Meski bayi hanya terendam dalam air selama beberapa detik, transisi dari rahim ke dunia dianggap sedikit lebih lembut jika dilakukan di dalam air,” terangnya.

Tak Direkomendasikan di Indonesia

Meski termasuk pilihan favorit para ibu, metode water birth ternyata belum direkomendasikan di Indonesia. Dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, Sp.OG mengatakan pada 2012 Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) telah mengeluarkan surat edaran kepada para dokter kandungan untuk tidak melakukan praktik persalinan water birth.

Dokter Ardiansjah menjelaskan beberapa alasan mengapa water birth tidak direkomendasikan. Pertama karena bukti ilmiah tentang keamanan dan manfaat melahirkan di air masih minim. Selain itu, water birth juga belum masuk dalam kurikulum pendidikan dokter di Indonesia.

“Sehingga jika ada dokter kandungan melakukan praktik persalinan water birth, dari perhimpunan tidak bisa bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa,” kata Ardiansjah.

Dalam proses water birth, dikatakan Ardiansjah, memiliki sejumlah risiko seperti infeksi karena saat melahirkan semua keluar di dalam air, seperti air seni, feses, atau bisa terjadi robekan pembuluh darah, robekan jalan lahir, dan lain-lain.

Sementara itu dr. Muhammad Fadli, Sp.OG mengatakan water birth tidak direkomendasikan karena kasus kematian janin, seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu.

Terlepas dari kejadian tersebut, dr Fadli menuturkan melahirkan di air memang memiliki risiko, terutama bagi bayi yang dilahirkan.

"Waktu mau lahir keluar kepalanya, terkadang dia itu sudah menangis dan bernapas. Nah, ini bisa menyebabkan aspirasi, lalu tertelanlah air yang di luar itu, yang masuk ke paru-paru, dan akhirnya bisa menyebabkan bayinya asfiksia, kekurangan oksigen. Atau bisa mengakibatkan infeksi, hingga kematian pada janin," kata Fadli.