Program Gerakan Orang Tua Asuh, Langkah Kemendukbangga/BKKBN untuk Cegah Stunting di Indonesia

JAKARTA - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) mengungkapkan langkah pencegahan kasus stunting di Indonesia.

Stunting telah lama menjadi salah satu isu kesehatan yang krusial di Indonesia. Sebagai masalah yang berdampak pada masa depan generasi bangsa, pemerintah terus berupaya mencari solusi yang melibatkan berbagai pihak.

Salah satu program diperkenalkan adalah "Orang Tua Asuh Cegah Stunting," yang menekankan kolaborasi masyarakat dan stakeholder terkait dalam pencegahan stunting.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Wihaji saat menghadiri acara rebranding perubahan nomenklatur BKKBN.

"Tentu persoalan stunting isu yang lama dan jadi salah satu program pemerintah untuk diselesaikan," ucap Wihaji, saat ditemui di kantor BKKBN, Jakarta Timur pada Jumat, 20 Desember 2024.

"Tapi tidak semua negara harus hadir. Karena itu, kita melibatkan masyarakat sekitar dalam hal ini adalah, kita punya program Orang Tua Asuh Cegah Stunting," lanjutnya.

Wihaji menegaskan bahwa program ini tidak akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara signifikan. Sebaliknya, pendekatan yang digunakan adalah teori negara modern Pentahelix, yang melibatkan lima elemen utama, yakni pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media.

"Insyaallah ini tidak mengganggu APBN, tapi juga melibatkan stakeholder terkait, dalam hal ini kita menggunakan teori negara modern, Pentahelix," kata Wihaji.

Dengan pendekatan ini, program stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan berbagai pihak untuk bekerja sama dalam memberikan solusi yang berkelanjutan. Wihaji menambahkan bahwa kehadiran negara tetap penting dalam pelaksanaan program ini.

"Jadi dalam membangun negara, tidak semua negara ikut campur semuanya. Dalam hal ini, bukan berarti negara tidak hadir. Negara hadir, karena program stunting akan terus dilanjutkan," jelasnya.

"Program Orang Tua Asuh Cegah Stunting melibatkan individu dan korporasi sebagai orang tua asuh. Kita sudah tanda tangan, sudah MoU dari berbagai stakeholder, untuk menjadi orang tua asuh. Siapa itu? Warga Negara Indonesia, maupun korporasi,"lanjutnya.

Orang tua asuh ini akan mendukung anak-anak yang berasal dari keluarga risiko stunting (KRS). Sebanyak 8,6 juta di antaranya tergolong keluarga berisiko mengalami stunting.

"Itu anak-anak kita sebut KRS. Apa itu? Keluarga Risiko Stunting jumlah 8,6 juta keluarga Indonesia jadi KRS," lanjutnya.

Untuk memastikan efektivitas program, Wihaji menjelaskan bahwa orang tua asuh dapat memilih empat menu yang disediakan.

"Satu menu asupan gizi, dua menu air bersih, tiga menu RTH dan sanitasi, empat menu edukasi, atau bagi yang tidak punya uang, perguruan tinggi silahkan memberi edukasi." ucapnya.