Kemenangan Mengejutkan Andra Soni di Pilkada Banten Dipengaruhi Faktor X
JAKARTA – Kemenangan pasangan Andra Soni-Achmad Dimyati Natakusumah disebut menjadi kejutan terbesar dalam gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024. Hasil quick count atau hitung cepat berbeda jauh dari survei elektabilitas sebelum hari pencoblosan.
Tak lama setelah pencoblosan usai pada Rabu (27/11/2024), sejumlah lembaga survei menunjukkan keunggulan pasangan Andra-Dimyati di Banten. Charta Politika misalnya, mencatat paslon nomor urut dua ini meraih 58,39 persen suara, mengalahkan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi yang memperoleh 41,61 persen.
Hitung cepat Charta Politika ini sejalan dengan kesimpulan Voxpol Center yang menyebut pasangan nomor urut dua ini menang dengan Raihan suara 57,47 persen, melibas perolehan suara Airin-Ade yang tercatat hanya 42,53 persen.
Memang, hitung cepat oleh sejumlah lembaga survei bukan hasil final perolehan suara paslon kepala daerah. Hasil akhir pilkada akan tetap mengacu pada penghitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diumumkan pada 16 Desember. Tapi hasil quick count biasanya tidak jauh berbeda dengan real count KPU.
Hasil hitung cepat Pilkada Banten bisa dikatakan anomali bagi banyak kalangan. Alasannya, Airin-Ade memiliki elektabilitas dan popularitas yang tinggi, bahkan sempat jauh meninggalkan Andra-Dimyati.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya, pada September lalu menggambarkan elektabilitas Airin-Ade mendapat 73,7 persen suara responden, sedangkan Andra-Dimyati hanya mendapat 14,1 persen.
Dinamika Politik
Melihat catatan tersebut, wajar jika kemudian banyak yang terkejut dengan hasil Pilkada Banten. Bahkan tumbangnya Airin di ‘kandang’ sendiri dianggap sebagai plot twist terbesar di Pilkada 2024. Kebanyakan orang tak bisa menjelaskan apa yang terjadi di Pilkada Banten sehingga perolehan suara Andra Soni-Dimyati Natakusumah melesat jauh dibandingkan survei sebelumnya.
Namun, pengamat politik dari Universitas Indonesia Cecep Hidayat mencoba menjelaskan dari berbagai sisi, salah satunya sisi akademik. Menurut Cecep, masyarakat pertama-tama mesti bisa membedakan survei dengan hitung cepat. Survei yang dilakukan jelang pemilu parameternya bersifat random dan pemilih bisa berubah, sementara hitung cepat parameternya adalah data, bukan lagi opini atau sikap pemilih.
Cecep juga menyebutkan ada banyak variabel yang memungkinkan terjadinya perbedaan antara hasil survei dan hitung cepat, karena terjadi dinamika politik sepanjang masa-masa kampanye hingga hari pencoblosan.
“Setelah survei elektabilitas hingga hari pencoblosan tentu ada dinamika di masyarakat. Jadi memang ada banyak variabelnya yang menentukan ini,” kata Cecep saat dihubungi VOI.
“Selain itu, mungkin juga suara swing voters yang akhirnya memutuskan pilihannya menjadi salah satu faktor melonjaknya suara Anda-Dimyati,” imbuhnya.
Baca juga:
Senada dengan Cecep, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo juga mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan calon kepala daerah naik turun elektabilitasnya. Dalam pertarungan politik yang bersifat dinamis, maka naik turunnya dukungan akan sangat tergantung pada dinamika politik di lapangan.
Andra Soni, yang mendapat angka rendah dalam survei elektabilitas menjelang pemilu, kemungkinan melakukan berbagai program dengan berbagai instrumen untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas, seperti pemasangan spanduk, baliho, flyer, termasuk gerakan di medis sosial. Dalam hal ini, tim Andra-Dimyati yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM), kecuali Partai Golkar, dianggap melakukan tugasnya lebih baik.
“Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain sejauh mana kinerja kandidat dan timnya menggalang dan menarik simpati masyarakat jelang pilkada,” kata Karyono.
“Hasilnya Andra Soni berhasi tingkatkan elektabilitas dan popularitas. Terbukti sebelum pencoblosan elektabilitas Andra Soni merangkak naik, meski memang hasil quick count-nya di luar prediksi,” kata Karyono lagi.
Dukungan Presiden Prabowo
Tapi instrumen-instrumen yang memenangkan Andra Soni-Dimyati Natakusumah bukanlah instrumen normal, sebagaimana yang sering dilakukan pasangan calon kepala daerah lainnya. Sosok Presiden Prabowo Subianto, yang juga bersatus Ketua Umum Partai Gerindra memiliki andil besar dalam kemenangan paslon yang didukung olehnya.
Seperti diketahui, Prabowo secara resmi menyatakan dukungannya kepada pasangan nomor urut dua ini dalam video yang diunggah di akun Instagram Andra Soni beberapa hari sebelum pencoblosan. Meski dukungan tersebut diberikan dalam kapasitas Prabowo sebagai Ketum Gerindra.
"Jadi ada faktor endorsement Pak Prabowo. Meski himbauan Prabowo dengan kapasitasnya sebagai ketua partai, namun jabatan presiden ini melekat kepadanya,” jelas Karyono.
“Karena status Prabowo sebagai presiden, maka bisa diterjemahkan oleh aparat, ASN, dan sebagainya sebagai sebuah perintah untuk memenangkan Andra Soni,” sambungnya.
Selain itu, juga tidak menutup kemungkinan adanya faktor money politic yang turut memengaruhi kemenangan Andra Soni. Pengaruh politik uang semakin besar, menurut Karyono, salah satunya disebabkan oleh instrumen politik transaksional.
“Ada faktor X yang turut memengaruhi kalahnya Airin di Pilkada Banten. Hasilnya memang anomali,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno keunggulan Andra-Dimyati di luar prediksi hampir semua lembaga survei. Apalagi, Banten merupakan kandang Partai Golkar, yang juga partai tempat Airin berlabuh.
“Dari rumus-rumus matematika politik, nyaris tidak ada yang bisa menjelaskan alasan Airin kalah di Banten,” kata Adi.
Namun demikian menurut Adi apa pun bisa terjadi dalam politik. Ia menduga Andra Soni-Dimyati diterima publik sebagai antitesis untuk melawan dinasti politik Airin.