Kremlin Banding-bandingkan Trump-Biden soal Ukraina, Langkah Konkret Akhiri Perang Masih Angan-angan
JAKARTA - Kremlin mengatakan lingkaran Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berbicara tentang perdamaian di Ukraina. Sementara pemerintahan AS saat ini, Joe Biden, tidak melakukan hal yang sama.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Presiden Vladimir Putin telah berulang kali mengatakan Moskow siap berdialog mengenai Ukraina.
Trump sangat prihatin terhadap peningkatan pertempuran antara Rusia dan Ukraina, kata penasihat keamanan nasional pilihan Trump, Mike Waltz, kepada Fox News pada Minggu sebagaimana dilansir Reuters, Senin, 25 November.
Menurutnya, Trum mengatakan perang tersebut harus diakhiri "dengan bertanggung jawab".
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Moskow akan menunggu usulan konkret Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang telah berjanji untuk "bekerja sangat keras" menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan Ukraina. Hingga saat ini belum ada rencana konkret bagaimana Trump bakal mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
"Kami akan menunggu usulan mereka... kami selalu tekankan bahwa politisi yang mengaku mendukung perdamaian daripada perang pantas mendapatkan perhatian. Tetapi kami tidak tahu apa yang akan mereka usulkan," kata Lavrov dikutip Anadolu.
Baca juga:
- Ayatollah Ali Khamenei soal Netanyahu: Surat Penangkapan Tidak Cukup, Hukuman Mati Harus Dijatuhkan
- Pakistan Chaos, Pendukung Mantan PM Imran Khan Turun ke Jalan Tuntut Pembebasan
- Rusia Gempur Infrastruktur Energi Ukraina, 460 Drone dan 20 Rudal Menyerang dalam Sepekan
- Pesawat Kargo DHL Tabrak Rumah Dekat Bandara Vilnius Lituania
Donald Trump dikabarkan kemungkinan akan meninjau kembali keputusan pendahulunya untuk mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh yang dipasok AS untuk menyerang wilayah Rusia, kata seorang anggota tim transisi Trump.
"Saya menduga hampir semua hal akan ditinjau ulang. Amerika Serikat hanya memiliki satu presiden pada waktu tertentu. Hingga sore hari tanggal 20 Januari 2025, presiden tersebut adalah Joe Biden, ka
ta sosok yang meminta untuk tidak disebutkan namanya kepada TASS beberapa waktu lalu.Mengizinkan penggunaan rudal tersebut adalah keputusannya, tetapi tidak akan lama lagi," katanya ketika ditanya apakah keputusan Presiden Biden dapat ditinjau ulang oleh Trump saat ia menjabat pada Januari 2025.