Jual Alat Musiknya, Otep Shamaya Pensiun dari Dunia Musik
JAKARTA - Otep Shamaya, frontwoman dari band nu metal asal Amerika Serikat, Otep, mengungkap rencana untuk mengakhiri kariernya di industri musik yang sudah berjalan selama 24 tahun.
Melalui unggahan di media sosial baru-baru ini, musisi 45 tahun itu mengumumkan penjualan alat musiknya, termasuk gitar bertanda tangan yang digunakan saat tur dan rekaman di studio, satu set drum, lampu panggung, mesin asap, dan monitor panggung,
“Halo. Saya melikuidasi peralatan musik saya yang banyak: gitar bertanda tangan yang digunakan dalam tur/studio, set drum Yamaha langka yang digunakan Moke dalam tur/studio, papan FOH Berringer, X32 untuk kontrol IEM dari panggung, lampu panggung, mesin asap dengan lampu LED, monitor panggung, dan masih banyak lagi,” tulis Otep, mengutip Loudwire, Kamis, 21 November.
“Saya akan memberikan informasi terbaru setelah semuanya siap. Hanya permintaan serius dengan penawaran finansial serius yang akan dipertimbangkan,” lanjutnya.
Beberapa penggemar menanyakan alasan dari penjualan alat-alat tersebut. Mereka ingin memastikan apakah Otep berencana pensiun bermusik.
Otep pun memberi jawaban tegas, “Ya, saya pensiun. Sungguh. Untuk selamanya. Alasan saya akan diungkapkan sebelum akhir tahun. Terima kasih kepada alasan saya yang sebenarnya.”
Baca juga:
Sebagai informasi, Otep merilis album studio terbarunya, "The God Slayer", pada September 2023, yang merupakan lanjutan dari "Kult 45" di tahun 2018, yang menawarkan campuran lagu-lagu orisinal yang terinspirasi serta versi transformatif dari lagu-lagu hit yang menduduki puncak tangga lagu dari berbagai pengaruh, termasuk pop, rap, dan grunge.
Shamaya sendiri dikenal karena perpaduannya yang berani antara genre metal dan hip-hop, seperti yang dicontohkan pada album debutnya yang terkenal tahun 2002 "Sevas Tra".
Dia juga mengumpulkan banyak pengikut berdasarkan penampilannya yang tak kenal takut dan lirik-lirik yang konfrontatif dan bernuansa spiritual.
Sepanjang kariernya, Shamaya telah membawa kesadaran melalui berbagai media terkenal terhadap ketidakadilan sosial dan politik yang dirasakan oleh berbagai komunitas dan subkultur.