Pasar Tunggu Data Inflasi AS, Rupiah Diprediksi Melemah

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 13 November 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa, 12 November 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,59 persen di level Rp15.782 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,60 persen ke level harga Rp15.771 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan pasar bertaruh bahwa kebijakan inflasi di bawah Trump akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang. 

"Dolar melesat ke level tertinggi empat bulan minggu ini, sementara imbal hasil Treasury juga bergerak naik. Sikap proteksionis Trump terhadap perdagangan dan imigrasi diperkirakan akan menjadi faktor inflasi yang lebih tinggi," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 13 November. 

Ibrahim menyampaikan fokus minggu ini adalah pada data inflasi indeks harga konsumen AS yang utama, yang diperkirakan akan menunjukkan inflasi tetap stabil pada bulan Oktober. Pembacaan tersebut juga kemungkinan akan menjadi faktor ekspektasi terhadap suku bunga. 

Selain itu di luar pembacaan inflasi, sejumlah pejabat Federal Reserve juga akan berpidato minggu ini, memberikan lebih banyak isyarat tentang kebijakan setelah bank sentral memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu lalu. 

Para pedagang terlihat memperkirakan peluang 66,7 persen untuk pemangkasan 25 bps lagi pada bulan Desember, dan peluang 33,3 persen suku bunga akan tetap tidak berubah, CME Fedwatch menunjukkan.

Sementara dari dalam negeri, kinerja penjualan eceran pada Oktober 2024 diperkirakan mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2024 yang diprakirakan mencapai 209,5 atau tumbuh melambat sebesar 1,0 persen (yoy). 

Namun, jika dilihat secara bulanan, IPR Oktober mengalami kontraksi 0,5 persen (mtm). Adapun, IPR Oktober 2024 ini lebih rendah dari IPR bulan September lalu yang mencapai 210,6.

Bank Indonesia mengklaim kinerja penjualan eceran membaik secara bulanan, meski mengalami kontraksi.  

BI mengatakan kinerja penjualan eceran pada bulan Oktober tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, Suku Cadang dan Aksesori, serta Subkelompok Sandang.

Pada September 2024, BI merekam IPR tetap tumbuh. IPR tercatat mencapai 210,6 atau tumbuh sebesar 4,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang tumbuh 5,8 persen (yoy). 

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta Suku Cadang dan Aksesori.

Dari sisi harga, tekanan inflasi 3 dan 6 bulan yang akan datang, yaitu pada Desember 2024 (Natal dan Tahun Baru) dan Maret 2025 (bulan Ramadhan ) diprakirakan meningkat. 

Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Desember 2024 dan Maret 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 152,6 dan 169,4, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 134,3 dan 155,9.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 13 November 2024 dalam rentang harga Rp15.770 - Rp15.880 per dolar AS.