Lokasi TPS Pemilu AS di Empat Negara Bagian Alami Ancaman Bom Palsu, FBI: Sejauh Ini Tidak Kredibel
JAKARTA - Ancaman bom palsu, yang sebagian besar tampaknya berasal dari domain email Rusia, diarahkan pada Hari Selasa di lokasi pemungutan suara di empat negara bagian medan perang - Georgia, Michigan, Arizona dan Wisconsin - saat pemungutan suara Hari Pemilihan sedang berlangsung, kata FBI.
"Sejauh ini tidak ada ancaman yang dianggap kredibel," kata FBI dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan integritas pemilu merupakan salah satu prioritas tertinggi biro tersebut, melansir Reuters 6 November.
Setidaknya dua tempat pemungutan suara yang menjadi sasaran ancaman bom palsu di Georgia sempat dievakuasi.
Kedua lokasi tersebut, di Fulton County, keduanya dibuka kembali setelah sekitar 30 menit, kata pejabat, dan daerah tersebut tengah mengupayakan perintah pengadilan untuk memperpanjang jam pemungutan suara di lokasi tersebut melewati batas waktu pukul 7 malam di seluruh negara bagian.
Menteri Luar Negeri Nega Bagian Georgia yang juga seorang Republikan Brad Raffensperger menyalahkan campur tangan Rusia atas berita palsu bom Hari Pemilihan.
"Mereka tampaknya berniat jahat. Mereka tidak ingin kita memiliki pemilu yang lancar, adil, dan akurat, dan jika mereka dapat membuat kita saling bertengkar, mereka dapat menganggapnya sebagai kemenangan," kata Raffensperger kepada wartawan.
Sementara itu, Ann Jacobs, kepala Komisi Pemilihan Umum Wisconsin, mengatakan ancaman bom palsu dikirim ke dua lokasi pemungutan suara di ibu kota negara bagian Madison, tetapi tidak mengganggu pemungutan suara.
Sedangkan juru bicara Jocelyn Benson, Menteri Luar Negeri Negara Bagian Michigan dari Demokrat mengatakan, ada laporan ancaman bom di beberapa lokasi pemungutan suara, tetapi tidak ada yang kredibel.
Kantor Benson telah diberitahu bahwa ancaman tersebut mungkin terkait dengan Rusia, kata juru bicara tersebut.
Seorang pejabat FBI mengatakan, Georgia menerima lebih dari dua lusin ancaman, yang sebagian besar terjadi di Fulton County, yang meliputi sebagian besar Atlanta, basis Demokrat.
Polisi di DeKalb County, Georgia - basis Demokrat lainnya - kemudian menanggapi ancaman bom di tujuh lokasi, menurut siaran pers daerah tersebut. Lima lokasi tersebut adalah tempat pemungutan suara dan telah dievakuasi. Pejabat daerah tersebut tengah mencari perintah darurat untuk memperpanjang jam buka di tempat pemungutan suara.
Seorang pejabat senior di kantor Raffensperger, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan berita bohong tentang bom di Georgia dikirim dari alamat email yang telah digunakan oleh orang Rusia yang mencoba mencampuri pemilihan umum AS sebelumnya.
Ancaman tersebut dikirim ke media AS dan lokasi pemungutan suara, kata pejabat tersebut.
"Kemungkinan besar itu adalah Rusia," kata pejabat tersebut.
Sedangkan Adrian Fontes, Menteri Luar Negeri Negara Bagian Arizona yang juga pejabat pemilihan utama mengatakan, empat ancaman bom palsu telah dikirimkan ke tempat pemungutan suara di Navajo County, yang terletak di bagian timur laut negara bagian tersebut dan mencakup tiga suku asli Amerika.
"Vladimir Putin menyebalkan," kata Fontes.
Baca juga:
- Pecat Menhan Gallant, PM Israel Netanyahu: Ketidaksepakatan dan Kurangnya Kepercayaan Menguntungkan Musuh
- Presiden Putin Tegaskan Kembali Kesiapan Rusia Dialog dengan Ukraina
- Presiden Putin Tegaskan Rusia Berupaya Cegah Perang Besar di Timur Tengah, Syaratnya Solusi Dua Negara
- Umat Hindu di India Selatan Doakan Kemenangan Kamala Harris di Pilpres AS
Diketahui, petahana Wakil Presiden Kamala Harris yang berpasangan dengan Tim Walz dari Partai Demokrat, bersaing dengan Donald Trump dan JD Vance yang diusung Partai Republik dalam Pilpres yang dimulai pada 5 November.
Baik Harris maupun Trump memerlukan minimal 270 suara elektoral dari total 538 suara elektoral yang diperebutkan untuk memenangi kursi Gedung Putih.
Dikutip dari The New York Times, Harris diperkirakan telah mengamankan 226 suara elektoral, sedangkan Trump 219 suara elektoral. Harris diperkirakan membutuhkan tambahan 44 suara elektoral, sedangkan Trump membutuhkan 51 suara elektoral jika ingin memenangi kontestasi pemilihan presiden ke-47 Negeri Paman Sam.
Mengutip VOA, jajak pendapat terakhir New York Times/Sienna College menunjukkan, Harris dan Trump bersaing ketat di tujuh negara bagian, dengan margin error hasil jajak pendapat 3,5 persen. Harris unggul tipis Nevada, North Carolina dan Wisconsin. Sedangkan Trump unggul tipis di Arizona. Keduanya bersaing ketat di Michigan, Georgia dan Pennsylvania.