Mengapa Maung Harus Menjadi Mobil Kebanggaan Kita?

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Maung, mobil produksi Pindad, diusulkan sebagai kendaraan operasional kabinet. Langkah ini mencerminkan komitmen terhadap produk dalam negeri. Prabowo menegaskan, "Kami ingin semua menteri menggunakan mobil lokal sebagai simbol kebanggaan bangsa." Namun, seberapa besar kebanggaan itu dapat terwujud?

Maung bukan sekadar kendaraan nasional; Maung seolah harapan baru bagi industri otomotif Indonesia. Walau mungkin tidaklah mulus. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tahun 2024, meskipun kapasitas produksi mobil mencapai dua juta unit per tahun, mayoritas yang beredar di pasar adalah merek luar negeri seperti Toyota, Daihatsu, dan Honda. Ini mengindikasikan bahwa industri lokal masih menghadapi tantangan besar untuk bersaing.

Sejarah kendaraan nasional pun mengingatkan kita pada pelajaran yang tak terlupakan. Timor, mobil nasional pertama yang diperkenalkan pada tahun 1996, seharusnya menjadi simbol kemandirian. Walau sempat seliweran di jalanan, sayangnya gagal karena berbagai kendala. Era Jokowi menghadirkan Esemka, yang seakan menghilang, hampir tak pernah terlihat di jalanan. Mobil yang dulu dibanggakan Jokowi semasa masih menjabat Wali Kota Solo dan juga saat menjabat Presiden nyaris tak terdengar. Esemka menjadi catatan kelam bagi ambisi mobil nasional.

Kegagalan Esemka dan Timor memberi pelajaran berharga bagi Maung untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebuah mobil nasional harus dirancang, diproduksi, dan dirakit di dalam negeri, dengan komponen lokal minimal 70%. Mobil nasional juga perlu memenuhi standar keselamatan dan emisi serta memiliki daya saing yang baik dari segi harga dan kualitas.

Kini, Maung berpeluang mencatatkan namanya dalam sejarah otomotif. Dirangkum dari berbagai sumber, versi sipil Maung diproyeksikan akan dijual seharga Rp400 juta hingga Rp500 juta, sedangkan versi militer sekitar Rp600 juta. Dengan harga ini, Maung bersaing dengan SUV medium populer seperti Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport, yang harganya berkisar antara Rp492,9 juta hingga Rp702 juta. Tantangan terbesar bagi Maung adalah penerimaan pasar. Data Gaikindo mencatat, penjualan mobil di Indonesia selama periode Januari hingga Agustus 2024 mencapai 560.619 unit, turun 17,1% dibandingkan tahun sebelumnya.

Skeptisisme masyarakat seakan membayangi Maung yang bakal sama seperti pendahulunya. Banyak yang meragukan kualitas dan daya saingnya. Namun, Maung yang disebut punya basis Mercy, Ssangyong dari Korea, menawarkan desain yang memperhatikan kebutuhan pengguna dari segi performa dan kenyamanan. Penggunaan mobil ini sebagai kendaraan dinas berpotensi memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Larangan menggunakan mobil dinas brand impor yang diterapkan bisa menjadi angin segar bagi industri otomotif dalam negeri, menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menghemat devisa.

Tentunya, tidak semua pihak menyambut keputusan ini dengan tangan terbuka. Keraguan tentang kesiapan Maung di pasar yang kompetitif masih ada. Namun, Pindad berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan layanan purna jual. Ini adalah langkah penting untuk memenangkan kepercayaan publik.

Kendati tantangan tetap membayangi, harapan untuk melihat Maung sebagai kendaraan dinas utama adalah langkah berani yang patut diapresiasi. Ini lebih dari sekadar mengganti kendaraan; ini tentang menciptakan identitas baru bagi industri otomotif Indonesia. Dengan dukungan kita, Maung dapat mengukir prestasi dan menjadi kebanggaan, baik di dalam negeri maupun di kancah global.

Saat dunia beralih menuju keberlanjutan, pilihan untuk menggunakan produk lokal seperti Maung adalah bagian dari usaha kita untuk bersaing dan berkontribusi di pentas global. Dukungan publik terhadap produk dalam negeri sangat diharapkan dan berharap langkah ini membuka jalan bagi inovasi serta kemajuan industri otomotif tanah air. Dan harusnya bisa karena kalau ukuran TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), di beberapa media sempat disebut kalau Kijang Innova Zenix Gasoline produksi PT Astra, TKDN-nya sudah mencapai 85 persen.