PM Lebanon Berharap Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Israel Segera Disepakati

JAKARTA - Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati berharap perjanjian gencatan senjata dengan Israel akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan. Gencatan senjata direncanakan berlangsung selama 60 hari.

Najib Mikati mengaku tidak percaya kesepakatan akan mungkin terjadi sampai setelah pemilihan presiden Amerika Serikat. Namun dirinya optimistis dengan opsi gencatan senjata setelah berbicara dengan utusan AS untuk Timur Tengah Amos Hochstein, yang dijadwalkan melakukan perjalanan ke Israel pada Kamis.

“Hochstein saat menelepon saya, menyarankan kepada saya bahwa kita bisa mencapai kesepakatan sebelum akhir bulan ini dan sebelum 5 November,” kata Mikati kepada televisi Al Jadeed Lebanon dilansir Reuters, Kamis, 31 Oktober.

“Kami melakukan segala yang kami bisa dan kami harus tetap optimis bahwa dalam beberapa jam atau hari mendatang, kami akan melakukan gencatan senjata,” sambung Mikati.

Sementara itu, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih Sean Savett tak banyak berbicara soal draf gencatan senjata di Lebanon selama 60 hari.

“Ada banyak laporan dan rancangan yang beredar. Itu tidak mencerminkan keadaan negosiasi saat in,” katanya.

Sebelumnya pada Rabu, 30 Oktober, pemimpin baru Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan kelompok bersenjata yang didukung Iran akan menyetujui gencatan senjata dalam parameter tertentu jika Israel ingin menghentikan perang.

Namun Israel sejauh ini belum menyetujui proposal apa pun yang dapat didiskusikan.

Pernyataan itu disampaikan dalam pidato pertama Qassem sebagai sekretaris jenderal, sehari setelah Hizbullah mengumumkan terpilihnya dirinya untuk jabatan tersebut setelah Israel membunuh pemimpin lama kelompok tersebut, Hassan Nasrallah.

Israel dan kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah telah berperang selama setahun terakhir bersamaan dengan perang Israel di Gaza setelah Hizbullah menyerang sasaran Israel sebagai solidaritas dengan sekutunya Hamas di Gaza.

Konflik di Lebanon telah meningkat secara dramatis selama lima minggu terakhir, dengan sebagian besar dari 2.800 kematian yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Lebanon selama 12 bulan terakhir terjadi pada periode tersebut.