Presiden Ukraina Zelenskyy Minta Pasokan Rudal Tomahawk ke Amerika

JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan tegas menyatakan Kyiv telah meminta pasokan rudal jarak jauh Tomahawk Amerika Serikat (AS).

Rudal Tomahawk memiliki jangkauan 2.500 km (1.550 mil), jauh lebih besar daripada rudal mana pun yang dimiliki Ukraina saat ini.

Pengiriman senjata seperti itu hampir pasti akan dipandang oleh Rusia sebagai peningkatan perang di Ukraina.

Zelenskiy melakukan perjalanan ke Amerika Serikat bulan lalu untuk menyampaikan “rencana kemenangan” kepada Presiden  AS Joe Biden, yang menurutnya dapat membantu menekan Moskow untuk merundingkan diakhirinya perang dengan iktikad baik.

Presiden Ukraina mengatakan rencana tersebut mempertimbangkan “paket pencegahan non-nuklir” yang hanya akan digunakan jika Moskow tidak mengakhiri invasi besar-besaran dan terus meningkatkan konflik.

Beberapa rincian rencana tersebut dirahasiakan, sesuatu yang disinggung Zelenskyy.

“Ketika banyak negara mulai mendukung rencana kemenangan, Anda lihat apa yang terjadi sekarang di media, mereka mengatakan bahwa Ukraina menginginkan banyak rudal, seperti Tomahawk. Tapi itu adalah informasi rahasia antara Ukraina dan Gedung Putih. Bagaimana untuk memahami pesan-pesan ini?" katanya dilansir Reuters, Selasa, 30 Oktober.

"Jadi ini berarti antar mitra – tidak ada hal yang bersifat rahasia,” imbuhnya.

The New York Times mengutip seorang pejabat senior AS pada Selasa yang mengatakan Zelenskyy telah meminta rudal Tomahawk.

Amerika Serikat telah menjadi sumber bantuan militer terpenting bagi Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022, namun juga berusaha untuk tidak melakukan apa pun yang dapat mendorong Rusia yang memiliki senjata nuklir untuk merespons dengan keras atau memperluas konflik.

Amerika Serikat, misalnya, tidak mengizinkan Ukraina untuk menembakkan senjata Barat ke sasaran militer jauh di wilayah Rusia meskipun ada seruan berulang kali dari Kyiv untuk mengizinkan hal tersebut.

Ukraina telah mengembangkan drone serang jarak jauhnya sendiri selama perang dan menggunakannya untuk menyerang sasaran di wilayah Rusia.