Langit dan Lembah Tidar Saksi Bisu Kepemimpinan Prabowo Subianto
JAKARTA - Setiap pemimpin memiliki ciri dan gaya dalam memimpin. Tak ada bedanya dengan seorang kepala negara di dalam memimpin sebuah negara yang majemuk seperti Indonesia. Ingat dengan gaya Presiden ketujuh Joko Widodo saat pertama memimpin yang ingin selalu melebur dan menunjukkan kebersahajaannya terhadap rakyat Indonesia.
Pria yang biasa dipanggil dengan Jokowi ini kerap menggunakan pakaian kemeja putih dan celana hitam. Kesederhanaan Jokowi diawal tentu ingin diikuti oleh para pembantunya. Ingat dengan gaya naik pagar pembantunya Jokowi? Menteri tenaga kerja Hanif Dhakiri naik pagar saat inspeksi mendadak sebuah perusahaan pengerah tenaga kerja. Meski sebagian kalangan menilai gaya Hanif Dhakiri melompati pagar tersebut berlebihan, namun tidak sedikit yang memujinya. Namun berjalan seiring waktu, hanya 1-2 menteri yang mempertahankan hal tersebut sebelum akhirnya hilang tanpa bekas.
Presiden kedelapan Prabowo Subianto mengawali kerja kabinetnya dengan penggemblengan di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Lembah Tidar adalah tempat kesatrian Akademi Militer, terletak di kaki Gunung Tidar. Salah satu asal-usul nama ‘Tidar’ yang paling populer adalah dari makna ‘Mukti dan Kadadar’. Mukti berarti bahagia, berpangkat, dan sukses dalam hidup, sedangkan Kadadar berarti dididik, ditempa, dan diuji.
Tempat ini dikenal sebagai kawah Candradimuka, di mana para patriot bangsa ditempa. Lembah Tidar merupakan lokasi Jenderal Besar Soedirman memeriksa pasukan, tempat lahirnya Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani, serta menjadi saksi lahirnya para pemimpin bangsa: Jenderal Purn. Edi Sudrajat (yang pernah menjabat sebagai KSAD, Pangab, dan Menhankam secara bersamaan), Jenderal Purn. Faisal Tanjung, Jenderal Purn. Wiranto (Pangab dan Menhankam), serta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga:
Semangat patriotisme, kedisiplinan, dan kekompakan diharapkan menjadi landasan bagi para anggota kabinet dalam kerja melayani rakyat. Memang, tidak ada jaminan semua pembantu Presiden Prabowo yang digembleng selama dua hari kemarin bakal menyerap semangat tersebut. Namun setidaknya sebagai pemimpin tertinggi negara, Prabowo Subianto telah menunjukkan sikapnya sebagai pemimpin dan telah memberikan contoh dengan tindakan nyata.
Aksi Memimpin dengan Memberikan Contoh
Aksi mengagumkan Prabowo Subianto di Lembah Tidar bukan hal pertama untuk Indonesia. Dua puluh tujuh tahun lalu tepatnya pada hari Senin (28/4/1997) seluruh Taruna diminta untuk berkumpul di Lapangan Sapta Marga Komplek Akademi Militer Lembah Tidar Magelang. Para Taruna dijadwalkan akan menerima ceramah kepemimpinan dari Danjen Kopassus Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Hal ini tentu bukan hal yang biasa, dan menjadi bahan pertanyaan antar taruna. Pasalnya setiap ceramah kepemimpinan selalu diberikan di dalam Gedung Lily Rochli. Namun tidak dengan hari itu, setelah taruna berkumpul, mereka melihat pertunjukan spektakuler. 'Ceramah Kepemimpinan' Jenderal Prabowo tidak dimulai dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan: 'Lead by example'.
Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara yang saat itu masih berpangkat kopral mengatakan Prabowo Subianto beserta pasukannya memasuki area Lapangan Sapta Marga melalui udara. "Jenderal Prabowo dan pasukannya, masuk Akademi Militer melalui udara. Beliau lompat dari pesawat, lalu terjun bebas (free fall), dan mendarat di lapangan Sapta Marga, Akademi Militer," tulisnya dalam akun instagram miliknya.
Ia melanjutkan, tanpa satu patah kata pun Prabowo sedang "berceramah" bagaimana pemimpin harus berani dengan melakukan quick to see (cepat mengamati), quick to decide (cepat memutuskan), dan quick to take action (cepat untuk mengambil tindakan). Dan yang terpenting, Prabowo menunjukkan bahwa seorang pemimpin itu harus berani ambil resiko.
"Melihat beliau mendarat dan melipat payung terjun, para taruna terbakar semangatnya. Jenderal Prabowo dielu-elukan para taruna. Mereka berteriak sembari mengepalkan tangannya: 'Komando..komando..komando'," tulis Iftitah.
Penilaian yang tak jauh berbeda disampaikan utusan presiden, Raffi Ahmad. Menurut Raffi, semuanya yang terjadi saat retreat sangat berkesan. Hal yang paling berkesan adalah semua dilakukan secara bersama-sama. Tak hanya itu, suami dari Nagita ini menyebutkan aura Prabowo Subianto saat memimpin sangat terasa sekali ketegasannya.
"Namun setelah itu Pak Prabowo bisa menjadi bapak bagi kita semua, bisa menjadi sahabat dan tertawa bersama beliau,"kata Raffi kepada VOI, Senin, 28 Oktober.
Menteri dan Wakil Menteri Tidak Boleh Malas!
Pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komaruddin menilai pembekalan jajaran menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih di Akademi Militer (Akmil), Magelang, merupakan ajang menempa mental para pejabat negara yang baru dilantik awal minggu ini.
Ujang saat dihubungi di Jakarta, Jumat, menjelaskan mental para pejabat negara itu kembali ditempa untuk tangguh mengingat tugas berat yang menanti mereka sebagai pembantu Presiden Prabowo Subianto.
“Mentalitas para menteri, wakil menteri itu dididik agar mentalnya harus kuat dan tangguh, karena mereka semua telah diminta Presiden komitmennya bekerja keras 24 jam untuk kepentingan rakyat,” kata Ujang Komaruddin.
Dia melanjutkan olah mental itu merupakan satu dari tiga sasaran yang dia yakini diterima oleh para menteri dalam rangkaian pembekalan (retreat) di Akmil, Magelang, Jawa Tengah, pada 25–27 Oktober 2024. Dua sasaran lainnya mencakup olah pikiran dan olah fisik.
“Dalam kategori olah pikir, semua peserta dilatih untuk berpikir yang sistematis, rasional, dan berbasis kerakyatan,” kata dia.
Kemudian, untuk olah fisik, Ujang menyebut para menteri dan peserta pembekalan lainnya juga harus kuat jasmaninya. Oleh karena itu, latihan baris-berbaris itu menjadi penting karena bukan hanya untuk menyamakan frekuensi sesama peserta, tetapi juga untuk fisik agar badannya sehat.
“Seorang menteri, wakil menteri tidak boleh sakit, karena jika sakit mereka tidak bisa bekerja. Seorang menteri juga tidak boleh malas atau bekerja seenaknya, karena mereka disumpah bekerja untuk kepentingan rakyat,” kata Ujang.