Berikut Daftar Emiten Tekstil yang Masih Bertahan di Tengah Kondisi Geopolitik Saat Ini
JAKARTA - Industri tekstil di Indonesia menghadapi tantangan serius setelah salah satu raksasa di sektor ini, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Grup Sritex dinyatakan pailit atau mengalami kebangkrutan akibat ketidakmampuan memenuhi kewajiban pembayaran kepada kreditur.
Adapun, keputusan tersebut tertuang dalam putusan PN Semarang atas perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.
Meskipun beberapa perusahaan tekstil mengalami kebangkrutan, masih ada beberapa perusahaan yang bertahan, terutama berkat dukungan dari para konglomerat yang juga menjadi pendirinya.
Berikut daftar perusahaan tekstil yang masih berdiri di Indonesia saat ini:
1. PT Argo Pantes Tbk (ARGO)
PT Argo Pantes Tbk (ARGO) adalah salah satu produsen utama benang dan kain di Indonesia. Hingga kuartal III 2024, perusahaan ini mencatat pendapatan sebesar Rp79,66 miliar dengan laba bersih mencapai Rp5,73 miliar.
Perusahaan ini dimiliki oleh konglomerat The Ning King, yang merupakan pendiri dari Argo Manunggal Group. Menurut Forbes pada tahun 2017, The Ning King masuk dalam daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai 450 juta dolar AS.
Adapun, awal bisnis Argo Manunggal Group dimulai pada tahun 1949 dengan fokus pada perdagangan tekstil. Pria kelahiran Bandung tahun 1931 ini mendirikan PT Argo Pantes Tbk. (ARGO) dan pabrik tekstil pertamanya pada tahun 1977.
2. PT Indo Rama Synthetics Tbk (INDR)
PT Indo Rama Synthetics Tbk (INDR) hingga kuartal II 2024 catatkan pendapatan sebesar 193,83 juta dolar AS, dan laba bersih merugi sebesar 2,08 juta dolar AS akibat beban pokok yang tinggi.
Perusahaan ini didirikan oleh Sri Prakash Lohia, seorang pria kelahiran India pada tahun 1952 yang kini merupakan warga negara Indonesia. Setelah meraih gelar Sarjana Niaga dari Universitas Delhi pada tahun 1971, Lohia pindah ke Indonesia pada tahun 1973 bersama ayahnya, Mohan Lal Lohia, dan perusahaan ini mulai memproduksi benang pintal pada tahun 1976.
Menurut Forbes, saat ini kekayaannya mencapai 8,5 miliar dolar AS menjadikannya orang terkaya kelima di Indonesia.
3. PT Trisula International Tbk (TRIS)
PT Trisula International Tbk (TRIS) melaporkan hingga kuartal II 2024 catatkan pendapatan sebesar Rp351,99 miliar dan laba bersih senilai Rp6,65 miliar.
Perusahaan ini didirikan oleh Tirta Suherlan pada tahun 1968 dengan nama awal PT Daya Mekar. Setelah berhasil berkembang pesat, perusahaan ini pada tahun yang sama berganti nama menjadi PT Trisula Banten Textile Mill.
Pada tahun 1986, seiring dengan perkembangan bisnisnya, Trisula melakukan ekspansi dengan mengakuisisi PT Southern Cross Textile Industry sebagai pabrik tekstil keduanya. Setahun setelahnya, Trisula mendirikan PT Nusantara Cemerlang, yang menjadi pabrik garmen pertama perusahaan tersebut.
Kemudian pada tahun 1988, Trisula resmi mendirikan kantor pusatnya di Delta Building, Jakarta. Sayangnya, di tahun yang sama, Tirta Suherlan wafat, dan kedua putranya, Kiky Suherlan dan Dedie Suherlan, melanjutkan seluruh usaha Trisula.
4. PT Pan Brothers Tbk (PBRX)
PT Pan Brothers Tbk (PBRX) pada kuartal II 2024 berhasil mencatatkan pendapatan sebesar 92,25 juta dolar AS dan laba bersih senilai 124.909 dolar AS.
Perusahaan ini didirikan oleh pengusaha Ludijanto Setijo, yang menjadikan Pan Brothers sebagai salah satu perusahaan garmen terbesar di Indonesia. Dan mereka telah memproduksi berbagai merek terkenal dunia, termasuk Calvin Klein, DKNY, J Crew, Old Navy, dan Gap.
Pada tahun 2018, Ludijanto Setijo dan keluarganya masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai 150 juta dolar AS.
5. PT Golden Flower Tbk, (POLU)
PT Golden Flower Tbk (POLU) pada kuartal II 2024 mencatat pendapatan sebesar Rp36,69 miliar dan laba bersih Rp2,04 miliar, serta kapasitas produksi mencapai 8,5 juta potong per tahun.
Di belakang perusahaan ini terdapat Nico Purnomo Po, yang merupakan cucu dari pendiri usaha tekstil yang dimulai oleh neneknya dengan menjual kemeja yang dijahit sendiri kepada teman-temannya di Semarang, Jawa Tengah. Usaha tersebut berkembang menjadi PT Golden Flower, yang masih beroperasi hingga kini dan memasok merek-merek ternama seperti Calvin Klein, Zara, dan Muji.
Nico Purnomo Po lahir di Semarang, kemudian melanjutkan pendidikannya di Singapura, belajar komputasi di National University of Singapore (NUS). Ia memulai karier di bidang real estat di Singapura sebelum kembali ke Indonesia untuk fokus pada sektor perumahan dan infrastruktur yang semakin meningkat seiring pertumbuhan populasi.
Baca juga:
Pada tahun 2018, Bloomberg mencatat bahwa kekayaan bersih Nico Purnomo Po mencapai 3,6 miliar dolar AS. Mayoritas kekayaannya berasal dari kepemilikan 85 persen di perusahaan Pollux Properti, serta 90 persen saham di bisnis properti yang terdaftar di Singapura, Pollux Properties Ltd.
6. PT Ever Shine Textile Tbk (ESTI)
PT Ever Shine Textile Tbk (ESTI) hingga kuartal II 2024 mencetak pendapatan mencapai 5,67 juta dolar AS dengan laba bersih sebesar 187.475 dolar AS. Perusahaan ini didirikan oleh pebisnis asal Taiwan, Sung Pui Man pada 1974 dengan fokus pada produksi Poliamida 6 dan memproduksi benang dan kain sintetis.
Pengalaman panjang Sung Pui Man dalam mendirikan perusahaan ini dimulai pada era pemerintahan Presiden Suharto. Meskipun terdapat beberapa pabrik di seluruh negeri, kelangkaan pasokan menjadi tantangan, dan di sinilah Sung melihat banyak peluang.
Sebagai orang asing di negara yang baru ia masuki, ia harus mengeluarkan biaya besar untuk memulai, terutama karena saat itu Indonesia belum membuka diri terhadap investasi asing. Hal ini memaksanya untuk meminjam nama penduduk setempat guna mendapatkan izin yang diperlukan untuk membangun pabrik.
Pada tahun 1980-an, Taiwan, Hong Kong, dan Korea Selatan mendominasi rantai pasokan tekstil dan garmen global, sehingga menyulitkan perseroan yang berbasis di Indonesia untuk memasuki pasar Eropa dan Amerika. Namun, setelah melewati tahap awal bisnisnya yang dibatasi oleh modal, Sung mulai mengarahkan perusahaannya untuk mencatatkan saham di pasar saham pada tahun 1992.