Soal Subsidi BBM Diubah jadi BLT, Bahlil: Belum Ada Keputusan
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pihaknya masih mengkaji kemungkinan perubahan subsidi BBM menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT). Untuk itu ia menegaskan belum ada keputusan apapun terkait perubahan skema tersebut.
"Belum ada keputusan sampai seperti itu (jadi BLT)," ujar Bahlil yang dikutip Selasa, 22 Oktober.
Bahlil bilang, hingga saat ini pihaknya masih mencari skema serta format yang tpat agar BBM subsidi dapat diterima oleh masyarakat yang berhak.
"Belum ada keputusan sampai seperti itu. Tetapi kita lagi mencari formatnya yang baik dan benar. Agar BBM subsidi itu tepat sasaran. Sasarannya itu adalah BBM tepat sasaran," sambung Bahlil.
Adapun terkait kebijakan BBM rendah sulfur yang santer diberitakan sebelumny Bahlil juga menyebut saat ini belum ada keputusan terkait kebijakan tersebut. Ia menegaskan dirinya masih melakukan diskusi dengan Presiden Prabowo Subianto.
"Nanti itu belum, itu ada makronya ada, tapi arahan umumnya ada, tapi detailnya saya harus diskusikan lagi dengan Bapak Presiden," terang Bahlil.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mendesak pemerintah melalui Menteri ESDM agar segera mempercepat pemberlakuan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur di Indonesia.
"Menteri ESDM Bahlil Lahadalia harus memerintahkan langsung ke Pertamina hanya boleh memproduksi BBM yang memenuhi standar Euro 4," ujar Ahmad, Kamis 10 Oktober.
Baca juga:
Dia menambahkan, penunjukan Pertamina untuk memproduksi bahan bakar berstandar Euro 4 (kandungan sulfur 50 ppm) akan menjadi solusi krusial dalam menanggulangi pencemaran udara di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Kementerian ESDM, kata dia, sebenarnya telah menetapkan kewajiban penyediaan BBM rendah sulfur sejak Oktober 2018 untuk bensin, dan April 2022 untuk solar. Namun, menurutnya, implementasi di lapangan masih lambat.
"Itu kewajiban pemerintah terutama Menteri ESDM, yang harus memastikan tersedianya pasokan BBM di seluruh Indonesia yang memiliki standar Euro 4 tadi. Yang kedua, Pertamina tidak ada opsi lain, kecuali mematuhi ketentuan regulasi," katanya.