Kualitas Udara yang Buruk Dapat Merusak Manusia dan Lingkungan
JAKARTA – Manusia seharusnya menghirup udara bersih agar memiliki kehidupan yang sehat. Namun, studi WHO menunjukkan bahwa hampir 99 persen populasi dunia menghirup udara yang melebihi batas normal.
Menurut Kristina Pistone, Peneliti di Ames Research Center NASA, pengetahuan mengenai kualitas udara sangat penting bagi manusia. Dengan memahami kualitas udara di wilayah yang ditinggali, manusia bisa mengurangi dampak dari kualitas udara yang buruk.
"Sama seperti menelan air, kita juga perlu menghirup udara," kata Pistone. "Kita mengharapkan air bersih karena kita memahami bahwa kita membutuhkannya untuk hidup dan menjadi sehat, dan kita juga harus mengharapkan hal yang sama dari udara kita.”
Ketika manusia menghadapi kualitas udara yang buruk, ada beberapa dampak buruk yang mungkin terjadi, seperti kardiovaskular atau penyakit yang disebabkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah serta gangguan pernapasan dalam jangka panjang.
Untuk paparan pendeknya, manusia bisa mengalami gejala pernapasan seperti batuk dan mengi. Risiko terburuknya, penyakit berbahaya seperti asma dan infeksi pernapasan bisa muncul. Oleh karena, kita perlu menghindari kualitas udara yang buruk.
Baca juga:
Tak hanya menimbulkan penyakit bagi manusia, kualitas udara yang buruk juga bisa merusak lingkungan. Misalnya, air menjadi tercemar karena pengasaman atau eutrofikasi. Hal ini bisa membunuh tanaman, menguras nutrisi tanah, dan membahayakan hewan.
Untuk mengetahui kategori udara yang baik dan buruk, Anda bisa mempelajari nilai Indeks Kualitas Udara (AQI) dengan sistem EPA. Saat nilai AQI berada di angka 50 atau yang lebih rendah, kualitas udaranya sangat baik.
Ketika AQI berada di rentang angka 51 hingga 100, kualitas udaranya sedang. Anda masih bisa beraktivitas seperti biasa, tetapi kurangi aktivitas di luar ruangan. Sementara itu, AQI 100 hingga 150 menunjukkan bahwa udara sedang tidak baik untuk kelompok yang sensitif.
Saat AQI mencapai 200, masyarakat akan mendapatkan peringatan kesehatan. Kondisi ini tidak hanya mencelakai kelompok dengan Kesehatan sensitif, tetapi semua orang. Ketika mencapai 300, situasi ini dianggap sangat berbahaya sehingga masyarakat harus berada di lokasi yang aman. Biasanya, AQI 300 muncul saat kebakaran hutan terjadi.