Sebut Korut De Facto Terlibat dalam Perang di Pihak Rusia, Presiden Zelensky: Bukan Cuma Kirim Senjata
JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Hari Rabu, Korea Utara secara de facto ikut serta di pihak Rusia dalam perang melawan Ukraina.
Dalam pidatonya di parlemen, pemimpin Ukraina tersebut mengatakan badan intelijennya telah mengonfirmasi pasokan senjata dan personel Korea Utara ke Rusia.
"Intelijen kami tidak hanya mencatat pengiriman senjata dari Korea Utara ke Rusia, tetapi juga pengiriman personel," kata Presiden Zelensky kepada parlemen, melansir Reuters 16 Oktober.
"Mereka adalah pekerja pabrik Rusia untuk menggantikan warga Rusia yang tewas dalam perang. Dan personel untuk tentara Rusia. Faktanya, ini adalah partisipasi negara kedua dalam perang melawan Ukraina di pihak Rusia," jelasnya.
Pada Hari Minggu, Presiden Zelensky menuduh Korea Utara mengirimkan personel ke angkatan bersenjata Rusia, tetapi Kremlin telah menepis tuduhan tersebut sebagai "berita palsu."
Kemarin, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Sean Savett mengatakan pada Hari Selasa, keterlibatan pasukan Korea Utara di Ukraina, jika benar, akan menandai peningkatan signifikan dalam hubungan pertahanan Korea Utara-Rusia.
Baca juga:
- Rusia Siap Berikan Bantuan Militer Jika Korea Utara Diserang, Wamenlu: Tindakan yang Diambil Sesuai UU
- Menhan Iran Nasirzadeh Tidak Khawatirkan Sistem Pertahanan Antirudal THAAD yang Dikirim AS ke Israel
- 11.400 Pelajar Palestina di Gaza dan Tepi Barat Tewas Sejak Kampanye Militer Israel Oktober 2023
- 1,4 Juta Generasi Muda Korea Utara Diklaim Bergabung dengan Tentara
Washington mengatakan Korea Utara telah memasok rudal balistik dan amunisi kepada Rusia. Sementara, Moskow dan Pyongyang telah membantah transfer senjata tetapi mengatakan mereka akan meningkatkan hubungan militer, mungkin termasuk latihan bersama.
Komandan Indo-Pasifik Angkatan Darat AS, Jenderal Charles Flynn, mengatakan dalam sebuah acara di Washington, personel Korea Utara yang terlibat dalam konflik tersebut akan memungkinkan Pyongyang mendapatkan reaksi terkait senjatanya, sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.