Bantuan Usaha Rp10 Juta, Cawalkot Bogor Rena Da Frina Ingin Gen Z dan Janda Naik Kelas
BOGOR - Calon Wali Kota (Cawalkot) Bogor Nomor Urut 04 pada Pilkada 2024 Rena Da Frina memprogramkan pemberian dana modal usaha Rp10 juta bagi anak muda atau gen Z dan kaum janda. Hal itu untuk menggerakan sektor ekonomi dalam bidang jasa.
Dalam paparanya, Rena menilai potensi utama ekonomi kota hujan adalah UMKM di sektor kuliner dan pariwisata yang terbentuk dari sebutan Bogor kota jasa, untuk mengatasi tantangan tinggi mengenai 9,34 persen atau sekitar 100.000 orang pengangguran terbuka menurut data BPS tahun 2023.
Menggerakkan UMKM dengan langkah konkret pemerintah kota ke depan diyakini Rena Da Frina dapat mengatasi potensi bertambahnya pengangguran kalangan Gen Z 5 tahun mendatang yang kini memiliki 20 persen suara pada Pilkada Kota Bogor 2024 serta para kepala keluarga tunggal atau perempuan kepala keluarga (Peka) alias janda yang menghidupi sendiri keluarganya.
Rena dan pasangannya Achmad Teddy Risandi memiliki program menurunkan sekitar 50 persen pengangguran terbuka yakni dengan membuka kesempatan kerja bagi 44.000 orang.
“Jumlah penduduk 1,1 juta, iya jadi memang sebenarnya PR kita itu ada sekitar 100-an ribu pengangguran. Kemudian kita, di programnya kami, kami buatnya atau sekitar 44 ribu membuka lapangan pekerjaan baru. Asumsinya ya kita memberi kesempatan kepada warga Kota Bogor yang memang belum mendapatkan pekerjaan untuk bisa dan dapat bekerja,” katanya dalam keteranganya,Senin 14 Oktober .
Dari potensi ekonomi itu, sebagai calon Wali Kota Bogor wanita pertama, Rena mengaku mengerti sekali bahwa di antara potensi ekonomi itu ada para perempuan tangguh yang mengadu nasib sebagai perempuan tunggal alias janda yang menghidupi keluarganya.
Jumlah mereka cukup banyak yakni 1.637 orang janda hasil perceraian menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat pada tahun 2023, belum termasuk yang ditinggal meninggal dunia.
Di Jawa Barat, jumlah janda Kota Bogor merupakan peringkat ke-19 dari 27 kota dan kabupaten. Artinya, Kota Bogor dengan penduduk lebih kurang 1,1 juta jiwa memiliki 0,15 persen warga berstatus janda. Data menunjukkan kondisi yang lebih baik dibanding daerah tetangga Kota Bogor yakni Kabupaten Bogor yang menduduki peringkat pertama jumlah perceraian warga yakni mencapai 102.280 janda.
Sementara, jumlah pengangguran terbuka menurut data BPS Kota Bogor pada tahun 2023 mencapai 100.000 orang atau 9,34 persen.
Rena menyatakan sebagai seorang perempuan dan seorang ibu bagi para Gen Z, ia mengerti cara masuk kepada mereka untuk berdiskusi dan mendorong produktif. Hal ini yang akan berbeda dengan program yang ditawarkan pasangan Cawalkot lain yang menawarkan permodalan Rp1 juta atau Rp2 juta untuk UMKM dan modal khusus untuk Gen Z.
“Kredit tanpa agunan. Jadi Mereka itu kadang-kadang akan susah ketika ada agunannya. Jadi up sampai 10 juta itu kita bisa berikan. Ada prioritasnya, iya (Peka). Tapi yang lain juga ada bantuan permodalannya seperti apa. Intinya, balik lagi karena saya perempuan, saya paham betul, ketika perempuan itu berjuang jadi tulang punggung keluarga,” ungkapnya.
Menurut Rena, pengembangan ekonomi Kota Bogor sudah memiliki dasar yang tersohor yakni kota jasa sehingga tidak mungkin lagi mengembangkan usaha padat karya seperti pabrikan di tengah keterbatasan lahan.
“Kalau Kota Bogor, kita lihat Kota Bogor itu kota apa, jasa dan kuliner. Nah, kita manfaatkan aja tuh potensi yang ada di Kota Bogor. Enggak mungkin pabrik dong, karena lahan terbatas,” kata dia.
“Sekarang begini, UMKM kita itu sudah banyak dan kreatif sekali UMKM. Walaupun banyak serupa makanan atau produknya. Permasalahan mereka itu adalah, mereka kurang wadah, atau mereka kurang pasar untuk bisa menjual hasil produk UMKM-nya. Tidak semua bisa ter-cover oleh pemerintah, terkait dengan produk-produk yang mereka hasilkan. Nah, di situlah harusnya kita hadir, kita memberi wadah kepada mereka bahwa pemerintah ada di sini,” paparnya.
Rena berjanji jika dirinya menjadi Wali Kota Bogor dimulai dari UMKM berusaha, kemudian permodalan mereka hingga pemasaran ada wadah yang disediakan pemerintah kota bukan hanya seremonial.
“Program yang kita tawarkan itu adalah pelatihan pasti ada untuk peningkatan skill, iya kan. Nanti kita lihat, biasanya kan pelatihan itu pemerintah yang menentukan, pelatihannya apamake up, pelatihan cukur rambut. Harusnya kan kita lihat ini, Kota Bogor ini kota jasa, Kota Bogor ini pariwisata, nah pelatihan apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja yang tersedia di Bogor. Nyambung dong, apakah itu perhotelan, apakah itu kuliner dan lain-lain, karena kan buat produk, tanpa ada diferensiasi, tanpa ada pembeda dengan produk yang lainnya kan sama aja, enggak akan bisa terus bersaing,” paparnya lagi.
“Nah itu yang akan kita buat, pelatihannya kan ada BLk, kemudian setelah mereka dikasih latih kemudian dikasih pembiayaan, mereka dikasih insentif, setelah dikasih insentif, kemudian pasarnya kita sediakan. Jadi, kita treatment itu, jadi enggak dilepaskan, enggak hanya seremonial saja, ada langkah konkret dari pemerintah dari awal sampai akhir. Itu satu, salah satu contohnya,” sambungnya.
Baca juga:
Selanjutnya, kata dia, mungkin setiap minggu atau setiap bulan ada saja usaha-usaha yang buka di Kota Bogor. Entah itu kafe atau hotel yang akan dibantu permodalan oleh pemerintah kota ke depan.
“Kita siapkan modal untuk mereka berusaha, untuk UMKM-UMKM yang memang merintis. Apalagi kita juga ada program untuk kepala keluarga tunggal atau perempuan kepala keluarga (Peka), single parent, perempuan, yang berusaha, yang ditinggal suami atau enggak ada suaminya, dia harus menghidupi anaknya dengan dia berusaha itu kita prioritaskan,” tutupnya.