Layanan Shinkansen Jepang Genap 60 Tahun: Sempat Ditentang Namun Akhirnya Menginspirasi Teknologi Kereta Peluru

JAKARTA - Layanan kereta peluru tersibuk di Jepang yang menghubungkan tiga wilayah metropolitan terbesar di Jepang yaitu Tokyo, Nagoya dan Osaka memperingati 60 tahun operasionalnya pada awal bulan ini, dengan para penggemar yang berbondong-bondong datang untuk menyaksikan kereta Tokaido Shinkansen pertama pada hari itu.

Upacara perayaan diadakan di Stasiun JR Tokyo. Presiden Central Japan Railway Co. Shunsuke Niwa berjanji untuk melanjutkan upaya untuk membuat Jalur Tokaido Shinkansen "dicintai oleh orang-orang di masa depan mulai hari ini," seperti dikutip dari Kyodo News 14 Oktober.

Para penggemar kereta api menyaksikan kereta peluru Tokaido pertama yang berangkat dari Stasiun Tokyo, sambil membunyikan klakson khasnya.

"Sungguh menakjubkan bahwa kereta ini telah berjalan dengan aman selama 60 tahun," kata Sen Hatanaka, penggemar Shinkansen berusia 10 tahun dari Tokyo yang saat itu bepergian bersama ayahnya.

Upacara serupa juga diadakan di Stasiun JR Nagoya di Prefektur Aichi, Jepang bagian tengah.

Ilustrasi Shinkansen. (Wikimedia Commons/Rsa)

"Saya sangat terharu," kata Akimasa Uno (12) yang menghadiri acara tersebut bersama ibunya.

"Saya ingin menjadi masinis di masa depan," ujarnya.

Layanan Shinkansen pertama kali diluncurkan pada 1 Oktober 1964, beberapa hari sebelum Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo, dikutip dari CNA.

Dijuluki "kereta peluru" karena desainnya yang ramping dan kecepatannya yang luar biasa, Shinkansen, yang berarti jalur utama baru, merupakan layanan kereta api berkecepatan tinggi pertama di dunia.

Rute perdananya - Tokaido Shinkansen - menghubungkan dua kota terbesar di Jepang, Tokyo dan Osaka. Kereta ini menempuh jarak 515 km hanya dalam waktu empat jam, lebih cepat layanan kereta sebelumnya yang berkisar enam setengah jam.

Pada saat itu, kecepatan tertinggi Shinkansen mencapai 210 km/jam, menjadikannya kereta tercepat di dunia. Saat ini, Shinkansen melaju hingga 285 km/jam, dengan perjalanan dari Tokyo ke Osaka hanya memakan waktu sekitar dua jam.

Lebih jauh, pengembangan Shinkansen bukan perkara mudah. Perkeretaapian Jepang mengalami kesulitan selama Perang Dunia II, dan terjadi perdebatan mengenai apakah negara tersebut mampu membiayai proyek sebesar itu.

Ilustrasi Shinkansen. (Wikimedia Commons/MaedaAkihiko)

Ketika rencana untuk Shinkansen mulai terwujud pada tahun 1957, banyak yang menentang dengan alasan menurunnya penggunaan kereta api di Amerika Serikat.

Namun dengan ledakan ekonomi tahun 1950-an, pemerintah terus maju, melihat Shinkansen sebagai hal penting untuk menghubungkan wilayah-wilayah terpadat di Jepang.

Sebelum Shinkansen, transportasi kereta api menurun di banyak negara. Namun, keberhasilan Jepang memicu minat global terhadap teknologi kereta api berkecepatan tinggi. Pada tahun 1981, Prancis memperkenalkan kereta TGV, diikuti oleh Inter-City Express dari Jerman pada tahun 1991.

Perusahaan kereta api Jepang juga memperluas teknologi mereka ke luar batas negara. Bagian tertentu dari teknologi Shinkansen, seperti rel khusus dan sistem kontrol keselamatan, telah digunakan di jalur kereta api di tempat lain. Pada tahun 2007, layanan kereta berkecepatan tinggi mulai beroperasi di Tiongkok dan Taiwan.

Di Inggris, yang paling mirip dengan kereta peluru adalah "Kereta Ekspres Antarkota" buatan Hitachi, yang menggunakan teknologi yang berasal dari kereta peluru Jepang.

Diketahui, Jalur Tokaido Shinkansen, yang berfungsi sebagai arteri transportasi utama Jepang, telah mengangkut sekitar 7 miliar penumpang dalam 60 tahun terakhir, menurut JR Central.

Dengan 372 kereta yang beroperasi setiap hari, mengangkut sekitar 430.000 penumpang rata-rata, Tokaido Shinkansen telah menjadi jalur transportasi utama Jepang, dikutip dari The Japan Times.

Perpanjangan Shinkansen Hokkaido ke Sapporo yang direncanakan akan selesai setelah tahun 2030.