Bangun Embung Serbaguna Pulau Laut Natuna, PUPR: Penuhi Kebutuhan Warga dan Nelayan

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan Embung Serbaguna Pulau Laut di Kabupaten Natuna, telah beroperasi untuk membantu masyarakat dalam penyediaan air baku.

"Peran embung sangat penting bagi warga Kabupaten Natuna. Ada Embung Serbaguna Pulau Laut yang tak hanya memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, serta kebutuhan air para nelayan dan kapal yang singgah," kata Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera IV Daniel dalam keterangan di Jakarta, Minggu 13 Oktober, disitat Antara.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian PUPR terus membangun embung penampung air hujan, salah satunya di Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Embung Serbaguna Pulau Laut merupakan satu dari 22 embung yang dibangun oleh Ditjen SDA melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera IV di Kepulauan Riau.

“Kami mengelola delapan embung di Kabupaten Natuna, tiga di antaranya berkapasitas besar, tetapi pemanfaatannya belum optimal,” ujar Daniel.

Dia menyebutkan, embung yang berada di Kabupaten Natuna memiliki kapasitas 115 liter/detik, setara 41,78 persen kapasitas yang telah terbangun. Jika semua kapasitas dimanfaatkan, kebutuhan air pada tahun 2024 sebesar 142 liter/detik bisa terpenuhi hingga 80,98 persen.

Daniel mengatakan peran embung sangat penting bagi warga Kabupaten Natuna salah satunya embung Serbaguna Pulau Laut yang tak hanya memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga serta kebutuhan air para nelayan dan kapal yang singgah.

Selain itu, ada Embung Serasan yang dibangun untuk memenuhi pasokan air baku warga hunian tetap (huntap) yang terdampak bencana longsor pada tahun 2023 lalu.

BWS Sumatera IV juga menangani 117 daerah aliran sungai (DAS) di lima kabupaten dan dua kota dengan luas wilayah 451 km². Luas daratan yang ditangani hanya 1,9 persen dan sisanya merupakan wilayah perairan. Di wilayah ini, ada 2.408 pulau, di mana hampir 2.000 tak berpenghuni.

“Tantangan kami adalah DAS yang relatif pendek sehingga sulit mendapatkan sumber air baku karena tak ada sungai besar, jadi hanya bisa mengandalkan air hujan saja,” tutur Daniel.

Guna meningkatkan pasokan air baku di Batam, Bintan, dan Karimun, BWS Sumatera IV merencanakan pembangunan estuari dam di Tanjung Pinang dan Teluk Bintan. Perkiraannya, dua infrastruktur ini bisa memenuhi 80 persen kebutuhan air di wilayah tersebut.

Beberapa estuari sudah dalam perencanaan. Daniel berharap keberadaan infrastruktur tersebut bisa menjadi sumber alokasi air baku.

“Peluang ini juga memungkinkan dilakukan di Kabupaten Anambas untuk mendukung kebutuhan air dari kapal internasional yang sering berlayar di perairan tersebut,” katanya.

Matrani, tokoh agama setempat mengatakan, air dari embung tersebut dimanfaatkan untuk peribadatan di tiga masjid dan dua surau.

Ia mengatakan selama enam bulan musim kemarau 2024, embung ini belum pernah kering.

“Kami berterima kasih atas adanya embung karena sangat membantu dibandingkan harus mengambil air dari sumur,” kata Matrani.

Dia mengatkan bahwa masyarakat juga kerap menggunakan air dari Embung Serbaguna Pulau Laut untuk melaksanakan tradisi selamatan pada tanggal 7-9 Safar agar terhindar dari malapetaka.

Surya Arma, tokoh adat Pulau Laut mengatakan bahwa masyarakat Kecamatan Pulau Laut terbantu dengan keberadaan Embung Sebaguna Pulau Laut.

Pasalnya, sebelum ada embung pada 2019, mereka harus bolak-balik mengambil air ke perigi dengan jarak 500 meter untuk melaksanakan ritual.

“Sekarang tinggal memutar keran di rumah dan air pun sudah tersedia. Keberadaan embung membuat pekerjaan kami lebih ringan,” kata Surya.

Embung Serbaguna Pulau Laut dibangun pada 2017 di lahan seluas 8 hektare. Saat ini debit air embung tersebut mencapai 5 liter/detik dan bisa melayani kebutuhan air dua desa yakni Desa Kadur dan Desa Air Payang.

Sementara itu, Direktur Perumda Air Minum Tirta Nusa Natuna Zaharuddin mengatakan sebelum ada embung, pasokan air baku di Kabupaten Natuna memprihatinkan, terutama saat kemarau.

Oleh sebab itu masyarakat merasa terbantu saat pemerintah merealisasikan pembangunan embung.

“Kami sudah mengalami kekeringan dan kelangkaan air bersih setelah dua minggu musim kemarau. Warga hanya mengandalkan air yang bersumber dari gunung, tetapi tidak mencukupi,” ujar Zaharuddin.

Camat Pulau Laut, Bambang Erawan mengatakan air dari embung digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, perkantoran, puskesmas, kantor kecamatan, Polsek, hingga pos Koramil.

“Saat ini, air lebih mudah diakses karena langsung dialirkan ke rumah-rumah tanpa memerlukan pompa listrik, cukup membayar penggunaan per meter kubik,” kata Bambang.

Tak hanya itu, wilayah embung juga menjadi lokasi wisata yang diminati warga. Selain itu, ada prospek pemanfaatan air baku karena banyak kapal pencari ikan dan kapal penjaga yang melintasi perairan Pulau Laut.

“Sekitar 300-400 kapal berlabuh setiap tahun dan semuanya membutuhkan air,” kata Bambang.

Hal ini menjadi potensi pendapatan asli daerah (PAD) dari PDAM. Oleh sebab itu, pemerintah setempat mendorong peningkatan debut penyulingan air dan pipanisasi ke pelabuhan.

"Paling tidak, diperlukan debit air 10-15 liter/detik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, perkantoran, hingga kapal nelayan. Kecamatan Pulau Laut juga menghibahkan 55 hektare lahan untuk pengembangan embung lebih lanjut," kata Bambang.