Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan komitmen untuk menjamin keselamatan nelayan wilayah perairan terluar Indonesia, salah satunya melalui pendirian Stasiun Meteorologi Maritim di , Kepulauan Riau.

Kantor Unit Pelaksana Teknis Stasiun Meteorologi Maritim Natuna itu didirikan di Lingkar Ranai, Puak, Kelurahan Ranai Kota, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna yang operasinya diresmikan pada 31 Juli 2024.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan di Jakarta, Sabtu, mengatakan bahwa Stasiun Meteorologi Maritim tersebut berperan besar dalam pengamatan, pengelolaan data, analisis prakiraan cuaca laut untuk menjamin keselamatan nelayan di Natuna dan juga daerah terluar lainnya.

​​​​​

"Kami sudah melengkapi stasiun ini dengan peralatan radar maritim dan radar cuaca berteknologi canggih termutakhir untuk mendeteksi dinamika gelombang dan arus gelombang laut," ujarnya.

BMKG menilai peralatan itu penting demi keselamatan nelayan yang setiap hari hidupnya bergantung pada kondisi laut.

Terlebih, kata dia, Natuna pada 2023 pernah mengalami bencana maritim akibat Borneo Vorteks atau bibit badai tropis yang disebabkan oleh kenaikan suhu permukaan air laut.

"Keselamatan para nelayan harus dijamin. Terpenting, jika nelayan selamat pada akhirnya akan menghadirkan kesejahteraan untuk semua pihak karena mendorong roda perekonomian berjalan dengan baik," ujarnya.

Bupati Natuna Wan Siswandi mengatakan bahwa hibah lahan seluas 10.697 meter persegi yang diberikan kepada BMKG merupakan wujud komitmen pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan secara optimal dalam hal mitigasi bencana maritim kepada masyarakat, khususnya yang bekerja sebagai nelayan.

Hal itu, katanya, karena mitigasi bencana maritim hanya bisa dicapai dengan informasi cuaca yang akurat ditunjang dengan peralatan atau fasilitas mumpuni sehingga keselamatan masyarakat dan roda perekonomian masyarakat berjalan baik.

Perikanan laut menjadi salah satu sumber pencarian dan prospek penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) di Natuna selain bagi hasil aktivitas eksplorasi minyak dan gas bumi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejak 2019 hasil perikanan laut di Natuna mencapai 203,34 ton per semester. Wilayah penghasil perikanan laut terbesar dalam periode yang sama di Pulau Tiga Barat (58,73 ton), Pulau Laut (21,59), Bunguran Barat (70,98), dan Bunguran Timur (10,79).

"Maka kolaborasi ini dapat terus diperkuat demi kesejahteraan dan keselamatan masyarakat Natuna karena nelayan kami butuh banyak mendapatkan informasi,” ujarnya.