Panduan Gizi Seimbang untuk Anak Usia Dini, Untuk Cegah Stunting

JAKARTA - Ayah, Bunda, anak usia dini membutuhkan gizi yang seimbang untuk tumbuh kembangnya. Pada usia tersebut anak-anak membutuhkan makanan yang tidak hanya sekedar mengenyangkan tetapi juga kaya akan kandungan gizi untuk fondasi kesehatan seumur hidup, daya tahan tubuh dan mempengaruhi kecerdasan serta keterampilan anak.

Gizi tidak hanya mempengaruhi tinggi dan pendek serta gemuk atau kurusnya seseorang, tetapi juga mempengaruhi banyak aspek kesehatan lainnya, serta perkembangan fisik dan kecerdasan pada anak. Sebab, apabila anak mengalami kekurangan gizi dapat mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan pada anak sehingga akan mudah terinfeksi, dan pada akhirnya dapat menghambat perkembangan anak.

Dikutip dari laman ayosehat.kemkes.go.id, prinsip gizi seimbang untuk anak usia dini, antara lain mengonsumsi makanan sehat. Bahkan ada istilah Isi Piringku yang merupakan panduan kebutuhan gizi harian seimbang, lahir dari perkembangan ilmu dan penyempurnaan para ahli gizi, dan disusun oleh Kementerian Kesehatan RI.

Bedanya dengan 4 Sehat 5 Sempurna adalah pola makan Isi Piringku tak hanya memberi panduan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi sekali makan, tapi juga porsi makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi dalam satu hari.

Dalam Isi Piringku setiap kali makan, 50 persen piring diisi dengan sayur dan buah, sedangkan 50 persen lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk.

Bahan makanan pokok di Indonesia pun beraneka ragam, seperti beras, jagung, sagu dan umbi-umbian (ubi, talas, singkong), kentang, gandum dan produk olahannya, seperti mie, roti dan pasta. Konsumsinya disesuaikan dengan kondisi, kebiasaan, dan budaya setempat.

Meski beragam, bahan makanan pokok ini harus mengandung karbohidrat (HA), bersifat menyenangkan, rasanya netral, harganya murah, mudah didapat, ditanam dan diolah serta disimpan lama.

● Protein Hewani dan Nabati

Ayah Bunda, Isi Piringku anak usia dini juga harus ada lauk pauk yang bersumber dari protein hewani dan nabati yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sedangkan sayur-mayur untuk sumber mineral dan serat (bayam, wortel, kol, brokoli,), dan buah-buahan untuk sumber vitamin (jeruk, apel, pisang, dan lainnya).

Anak juga diperbolehkan mengonsumsi minyak dan garam secukupnya, serta memperhatikan konsumsi gula harian pada anak. Karena, apabila konsumsi gula berlebihan dapat menimbulkan risiko penyakit dikemudian hari.

Jangan lupa pula untuk memenuhi kebutuhan vitamin, mineral, zat besi, zinc, fosfor dan lainnya pada anak. Ayah Bunda bisa berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mendapatkan pemahaman terkait gizi yang seimbang pada anak.

Ayah dan Bunda juga disarankan tidak hanya memenuhi asupan gizi dan makanan saja, tetapi juga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Misalnya, saat bersin dan batuk menutup mulut dan hidung, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, membersihkan tempat tinggal, menjaga kebersihan lingkungan, serta tidak makan-makanan yang sudah jatuh, dan lain sebagainya.

Anak usia dini, bisa melakukan kegiatan aktivitas fisik, seperti olahraga ringan, bermain, dan belajar melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu, menyiram tanaman, dan lain sebagainya.

Selain itu, Ayah dan Bunda harus rutin menimbang berat badan anak. Hal ini untuk melihat perkembangan bobot anak dan tumbuh kembangnya. Dari timbangan berat badan anak dapat dilakukan intervensi perbaikan gizi jika memang masih belum mencukupi.

Hal ini juga untuk menghindari risiko anak stunting. Dengan dilakukan pemantauan yang rutin dan pemenuhan gizi yang baik, diharapkan anak-anak dapat tumbuh dengan sehat dan menjadi generasi penerus yang berkualitas.