Bahlil Ancam Cabut Izin Sumur Migas yang Tidak Beroperasi

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengancam akan mencabut sejumlah izin sumur migas yang tidak aktif.

Dikatakan Bahlil, selama menjabat sebagai Menteri ESDM, dirinya mengetahui jika Indonesia memiliki lebih dari 44.900 sumur minyak dan sumur produktif hanya tercatat sebanyak 16.500 sumur dan 5.000-an sumur nganggur yang tidak berproduksi.

Bahlil mengatkan, dari penyelidikan yang dilakukan, sumur nganggur tersebut paling banyak dipegang oleh BUMN Migas pelat merah, Pertamina.

"Saya breakdown lagi 5 ribu sumur idle ini lebih banyak konsesi dipegang siapa? Ternyata oleh BUMN yang namanya Pertamina. Terus, saya tanya kenapa gak dijalankan, a-o-a-o," kata Bahlil, yang dikutip Kamis, 10 Oktober.

Atas tanggapan tersebut Bahlil mengatakanndirinya tidak menutup kemungkinan akan mencabut izin pengelolaan sumur idle yang dipegang oleh Pertamina.

"Saya bilang kalau a-o-a-o gini kelihatannya ada pencabutan IUP tahap kedua kelihatannya. Kalau kemarin kan kita cabut 2.018 IUP, nah ini kelihatannya berpotensi untuk kita lakukan penataan sumur-sumur yang tidak dikerjakan KKKS, termasuk BUMN," sambung Bahlil.

Dikatakan Bahlil, dengan ditariknya sumur idle dari Pertamina, pemerintah akan menawarkan sumur-sumur yang ada kepada KKKS yang berminat agar liting minyak dalam negeri dapat terus meningkat.

"Kita akan ambil alih untuk kita tawarkan kepada perusahaan siapa yang mampu untuk meningkatkan lifting kita. Jangan digenggam dong, kita negara butuh. Kita memang prioritas pada BUMN, tapi jangan kita hanya kaca mata kuda karena BUMN izin-izinnya pun dibawa tidur. Negara tidak butuh tidur izin, negara butuh produksi," urai Bahlil.

Lebih lanjut Bahlil mengatakan saat ini pemerintah mendorong KKKS untuk melakukan intervensi teknologi atas sumur-sumur minyak RI. Ia mencontoh interensi yang dilakukan oleh ExxonMobil yang mampu meningkatkan liftingnya menjadi 150.000 BOPD dnegan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).

Dengan teknologi ini, kata dia, dapat meningkatkan lifting hingga 20 persen.

"Kalau 600.000 ini dikali 20 persen kan bisa dapat 120.000 barel dan ini kita sudah lakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan dari Amerika, China, salah satu intervensi teknologinya adalah EOR," tandas Bahlil.