FOMO atau Kebutuhan? Ini Tips Mengikuti Tren Hiburan untuk Generasi Muda

JAKARTA - Di era digital saat ini, hiburan sepertinya sudah menjadi bagian dari kehidupan generasi muda. Mulai dari konser musik, festival seni, belanja online, hingga berbagai konten streaming yang tak ada habisnya, pilihan untuk bersenang-senang semakin melimpah.

Namun, di balik semua kesenangan itu, muncul fenomena yang dikenal sebagai FOMO (Fear of Missing Out), yang seringkali memengaruhi cara mereka menikmati hiburan.

Demi kesehatan mental, fisik dan finansial yang lebih waras, generasi muda juga perlu memahami saat mereka mengikuti tren hiburan apakah benar-benar butuh atau cuma ikut-ikutan saja?

Adhissa Qonita, M.Psi., seorang psikolog pendidikan dan dosen di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengatakan, penting bagi generasi muda untuk membatasi diri dari hal-hal yang efeknya sia-sia, misalnya saja cuma FOMO.

"Ini bukan sekadar soal FOMO, tetapi tentang bagaimana kita bisa menahan diri. Secara umum, kita perlu merefleksikan diri sebelum mengambil keputusan," ungkap Adhissa seperti dikutip Antara.

Menurutnya, penting untuk meluangkan waktu sejenak untuk mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari suatu kegiatan hiburan, terutama yang hanya bersifat tren.

Ia juga mengingatkan untuk memikirkan ketersediaan anggaran dan energi sebelum terlibat dalam aktivitas hiburan.

"Pemikiran ini tergantung pada individu, tetapi tidak perlu memakan waktu lama—hanya beberapa menit untuk menilai pro dan kontra," tambahnya.

"Secara finansial, kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita mampu membiayainya? Jika mampu, apakah uang tersebut sebaiknya digunakan untuk hal lain?" jelasnya lebih lanjut.

Ia juga mencatat, menentukan prioritas bisa jadi sulit karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda. Selama individu tidak terjebak dalam mengikuti tren secara berlebihan, aktivitas hiburan bisa dilakukan dengan baik.

"Yang terpenting adalah tidak terjerumus ke dalam tren yang tidak sehat. Perhatikan juga keuangan dan energi kita," kata Adhissa.

Ia menekankan pentingnya melakukan refleksi mengenai baik dan buruknya suatu kegiatan hiburan, sehingga kita bisa berhenti jika ternyata aktivitas tersebut lebih banyak mendatangkan dampak negatif.

Contohnya, menonton konser musik. Dalam beberapa waktu terakhir, banyak konser yang digelar oleh artis lokal dan internasional di Indonesia, dan banyak orang berpartisipasi. Namun, tidak sedikit dari mereka yang terpaksa ikut hanya untuk mengikuti tren.

"Evaluasi diri itu sangat penting. Kita harus melihat dari dua perspektif—yang menguntungkan dan merugikan. Jika kita merasa bahwa aktivitas tersebut masih memberikan manfaat, maka itu bukan FOMO, melainkan mungkin merupakan kebutuhan," tutup Adhissa.