Menteri Kesehatan Lebanon: Kami Memiliki Warga Sipil yang Diserang Tanpa Pandang Bulu
JAKARTA - Korban tewas di Lebanon terus bertambah sejak eskalasi di selatan wilayahnya antara Hizbullah dengan Israel meningkat awal pekan ini, sementara menteri kesehatan negara itu menggambarkan situasi yang terjadi sebagai "perang besar-besaran".
"Terlepas dari apa yang ingin Anda sebut, kami memiliki warga sipil, orang-orang tak berdosa, wanita dan anak-anak yang diserang tanpa pandang bulu, menjadi sasaran. Kami memiliki bangunan tempat tinggal yang hancur berkeping-keping, kami memiliki rumah sakit, ambulans, pusat perawatan kesehatan primer yang menjadi sasaran," kata Dr. Firass Abiad kepada CNN di Beirut, seperti dikutip 27 September.
Serangan tersebut memakan "korban utama pada warga sipil tak berdosa, pada wanita, pada anak-anak dan jelas tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan teror," katanya, seraya menambahkan bahwa hal itu telah menyebabkan eksodus massal orang-orang dari rumah mereka.
Serangan udara Israel telah menewaskan 92 orang di Lebanon selama 24 jam terakhir, kata Kementerian Kesehatan, dikutip dari Al Jazeera.
Dalam serangkaian pernyataan, kementerian tersebut mengatakan serangan Israel menewaskan 40 orang di kota-kota dan desa-desa di bagian selatan, 48 orang di dua wilayah timur, dan empat orang di bagian timur gubernuran Gunung Lebanon. Secara keseluruhan, 153 orang terluka.
Itu menjadikan lebih dari 700 orang telah tewas sejak kampanye udara Israel dimulai Senin pekan ini.
Menkes Abiad mengatakan, lebih dari 40 pekerja perawatan kesehatan telah tewas dalam "serangan yang ditargetkan" minggu ini.
Ambulans "secara langsung menjadi sasaran saat mereka melakukan tugasnya," katanya, menekankan ambulans harus dilindungi oleh hukum internasional.
Untuk saat ini, sistem perawatan kesehatan negara itu — yang dilemahkan oleh berbagai krisis dalam beberapa tahun terakhir — "bertahan," tetapi pekerja perawatan kesehatan menghadapi tantangan ekstrem, katanya.
"Kami memiliki dokter bedah yang telah beroperasi hampir tanpa henti selama 48 jam atau lebih," menurut Abiad.
Selain itu, ia juga memperingatkan mengenai menipisnya persediaan beberapa obat di negara itu.
"Saya sangat khawatir kami bekerja hampir dengan kapasitas penuh dan seluruh sistem hampir mencapai ambang kehancuran," katanya.
Pihak berwenang mengetahui berapa banyak orang yang mengungsi ke tempat penampungan resmi, tetapi ada "banyak sekali" orang yang juga mengungsi untuk tinggal bersama saudara, teman, atau rumah orang asing yang telah menawarkan mereka akomodasi.
"Kita berbicara tentang ratusan ribu pengungsi internal, mungkin mendekati 400.000 atau bahkan mungkin 500.000," katanya.
Baca juga:
- Intelijen Korsel Sebut Korut Kemungkinan Lakukan Uji Coba Nuklir Setelah Pilpres AS
- Tepis Kabar Soal Gencatan Senjata, PM Netanyahu Perintahkan Militer Israel Bertempur dengan Kekuatan Penuh
- Kelompok Muslim AS Pilih Dukung Kamala Harris Meski Tidak Setuju Mengenai Kebijakan Perang di Gaza
- Pentagon Tegaskan AS Tidak Memberikan Dukungan Intelijen kepada Israel untuk Operasi di Lebanon
Menkes Abiad meminta masyarakat internasional untuk memberikan lebih banyak tekanan kepada Israel agar menerima usulan perjanjian gencatan senjata yang telah diajukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya minggu ini, yang menurutnya telah diterima oleh Lebanon.
"Sayangnya, tampaknya semua pihak berniat mencari solusi diplomatik untuk konflik ini kecuali satu pihak yang ingin melanjutkan serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil," katanya, menyalahkan Israel atas kegagalan menemukan solusi diplomatik sejauh ini.
Hizbullah telah memperjelas posisinya bahwa dengan gencatan senjata di Gaza, mereka akan menghentikan serangannya terhadap Israel, kata Abiad, seraya menambahkan AS dapat berbuat lebih banyak untuk menekan Israel agar melakukan gencatan senjata.