Butuh Banyak Dokter, Italia Rombak Sistem Pendidikan Kedokteran
ROMA - COVID-19 memaksa seluruh dunia keluar dari pakem aslinya. Italia, negara dengan angka kematian tertinggi hingga tulisan ini ditulis, sudah merombak sistem pendidikan kedokterannya karena kekurangan tenaga medis.
Seorang mahasiswi kedokteran asal Universitas L'Aquila di Italia tengah, Chiara Bonini (26 tahun) baru saja menyelesaikan ujian terakhirnya. Pemerintah Italia langsung mempercepat prosedur untuk lulusan sekolah kedokteran memasuki dunia kerja. Memotong ujian rumah sakit supaya bisa meningkatkan jumlah dokter yang direkrut.
"Saya ingin membantu kota saya yang sangat membutuhkan dokter," kata Bonini tentang kota asalnya, Bergamo, salah satu kota utara Italia yang paling terpukul akibat wabah COVID-19, Senin, 30 Maret.
Dilansir dari CNN, Bonini adalah satu dari ribuan lulusan kedokteran Italia yang menerima seruan pemerintah untuk bantuan mendesak dalam menanggulangi wabah virus paling mematikan di dunia. Negara-negara Eropa kini sedang mengalami salah satu masa paling suram. Sudah lebih dari 20 ribu orang meninggal akibat virus corona.
Angka itu sudah melebihi setengah dari jumlah total angka kematian dari seluruh dunia. Sedangkan jumlah kasus positif terbanyak, masih dipegang Amerika Serikat dengan 143 ribu lebih kasus.
Bagi banyak lulusan, pengalaman ini akan menjadi pekerjaan profesional pertama mereka di bidang kesehatan. Sialnya mereka harus menghadapi ini akibat krisis terbesar dalam satu generasi.
"Perubahan mendadak pada prosedur untuk lulusan baru memasuki dunia kerja, menandai perombakan besar sistem pendidikan Italia," kata Dr Alessandro Grimaldi, Direktur Penyakit Menular di S.S. Rumah Sakit Salvatore L'Aquila.