Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Ekspetasi The Fed Akan Agresif Lakukan Penurunan Suku Bunga
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 18 September 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa, 17 September 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,44 persen di level Rp15.335 per dolar AS.
Sementara kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,43 persen ke level harga Rp15.338 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan The Fed secara luas diharapkan untuk mengumumkan setidaknya pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir pertemuan kebijakan September pada hari Rabu.
"Namun laporan oleh Wall Street Journal dan Financial Times minggu lalu memicu spekulasi di antara para pedagang bahwa bank sentral dapat memberikan pemotongan yang lebih agresif sebesar 50 bp," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 18 September.
Ibrahim menyampaikan Pasar berjangka memperkirakan peluang 61 persen untuk pemotongan sebesar 50 bp, naik dari sekitar 15 persen minggu lalu.
Imbal hasil Treasury AS telah jatuh menjelang pertemuan Fed yang sangat dinanti-nantikan, terutama karena peluang untuk pemotongan suku bunga setengah poin semakin besar.
Menurut Ibrahim, The Fed secara luas diperkirakan akan memberi sinyal dimulainya siklus pelonggaran minggu ini, yang dapat menyebabkan suku bunga turun lebih dari 100 bps pada akhir tahun.
"Imbal hasil acuan 10 tahun turun 30 basis poin dalam waktu sekitar dua minggu. Imbal hasil dua tahun, yang lebih erat kaitannya dengan ekspektasi kebijakan moneter, turun 2,5 basis poin menjadi 3,5509 persen dan turun dari sekitar 3,94 persen dua minggu lalu," ujarnya.
Dari sisi dalam negeri, neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus per Agustus 2024 sekaligus mencatatkan surplus 52 bulan beruntun.
Tercatat hasil keuntungan perdagangan barang dan jasa atau trade balance Indonesia dengan negara lain membukukan surplus senilai 2,9 miliar dolar AS pada Agustus 2024, sejalan dengan meningkatnya ekspor dan impor melambat.
Surplus NPI ditopang oleh komoditas nonmigas yakni bahan bakar mineral atau HS 27, lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), serta Besi dan Baja (HS 72).
Ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2024 tercatat mencapai 22,36 miliar dolar AS, meningkat 7,43 persen dibandingkan dengan Juli 2024.
Kenaikan ini terutama ditopang oleh peningkatan ekspor produk lemak dan minyak nabati, biji logam, serta terak dan abu.
Sebelumnya, para ekonom dalam jajak pendapat, meramalkan Neraca Perdagangan Indonesia atau trade balance membukukan surplus senilai 1,9 miliar dolar AS pada Agustus 2024, sejalan dengan meningkatnya ekspor saat impor melambat. Apabila ramalan benar terjadi, maka hal tersebut menandakan berlanjutnya tren surplus menjadi 52 bulan beruntun.
Secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada Agustus mencapai 23,56 miliar dolar AS, mengalami kenaikan 5,79 persen dari bulan sebelumnya. Namun, sektor migas mencatat penurunan, sementara nonmigas mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Baca juga:
Capaian ini di tengah kondisi pasar utama, seperti Jepang dan Amerika Serikat dlam kondisi Indeks Manufaktur (PMI) mengalami kontraksi.
Saat yang sama, beberapa komoditas mengalami penurunan harga, terutama di sektor energi, pertanian, dan logam mineral.
Namun, logam mulia, khususnya emas, mencatat peningkatan harga yang cukup signifikan.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Rabu, 18 September 2024 dalam rentang harga Rp15.230 - Rp15.350 per dolar AS.