Menteri Trenggono Tekankan Ekonomi Biru untuk Ketahanan Pangan
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menekankan pentingnya implementasi program ekonomi biru untuk menjaga keberlanjutan ekosistem perikanan dan ketahanan pangan nasional.
"Saya merekomendasikan agar kurikulum pendidikan di Universitas Hasanuddin memiliki fokus khusus terhadap ilmu pengetahuan, riset, inovasi, dan teknologi yang mendukung kebijakan Ekonomi Biru, karena inilah sesungguhnya masa depan bangsa Indonesia," ujarnya dikutip dari ANTARA, Kamis, 29 Agustus.
Ia menjelaskan penguatan ketahanan pangan sangat penting. Sebab, ketahanan pangan itu bersumber dari tiga hal yakni karbohidrat, lemak dan protein.
Khusus untuk protein, kata dia, salah satunya berasal dari produk perikanan. Merujuk data perdagangan yang selalu surplus, produk perikanan dinilainya sebagai sumber ketahanan pangan yang paling kuat.
"Silakan di riset, laut kita dapat menjadi jawaban untuk mengatasi permasalahan pangan yang dunia sedang hadapi saat ini" paparnya kepada mahasiswa di Baruga Prof Dr H Baharuddin Lopa Fakultas Hukum Unhas.
Untuk mengoptimalkan potensi serta menghadapi tantangan yang ada, kata Trenggono, semua harus mulai menyadari pentingnya menempatkan ekologi sebagai panglima yang kini menjadi perhatian KKP untuk mengimplementasikan lima kebijakan ekonomi biru.
Mulai dari memperluas kawasan konservasi laut, penangkapan ikan secara terukur berbasis kuota, pengembangan budi daya laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan, pengelolaan dan pengawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
"Termasuk penanganan sampah plastik di laut melalui gerakan partisipasi nelayan dalam program Bulan Cinta Laut atau BCL," tutur Alumnus Istitute Teknologi Bandung 1986 ini.
Trenggono menjelaskan, laut menyediakan beragam sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan yang tidak hanya bergizi tetapi juga lebih ramah terhadap lingkungan.
Baca juga:
Berdasarkan data Skyquest (2023), peran sektor kelautan dan perikanan dalam menyuplai sumber pangan diproyeksi akan semakin besar.
Nilai pasar perikanan dunia di proyeksi akan terus mengalami pertumbuhan dengan Compound Annual Growth Rate atau CAGR sebesar 6,52 persen dari USD 269,3 miliar pada tahun 2023 menjadi USD 419,09 miliar pada tahun 2030.
"Sebagai negara kepulauan terbesar yang dianugerahi kekayaan sumber daya laut dan perikanan yang luar biasa besar, maka Indonesia harus menempatkan laut sebagai halaman depan sekaligus episentrum pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045," katanya.