Update COVID-19 per 26 Maret: Indonesia Membutuhkan Ribuan Tenaga Medis

JAKARTA - Juru Bicara penanganan virus corona atau COVID-19, Achmad Yurianto (Yuri) mengatakan, sekitar 103 pasien dinyatakan terjangkit virus berbahaya per Kamis, 26 Maret. Total, kasus positif menjadi 893 orang.

"Kami lihat ada penambahan kasus konfirmasi positif kurang lebih sebanyak 103 orang, sehingga jumlah totalnya menjadi 893," ucap Yuri di Graha BNPB yang disiarkan di YouTube, Kamis, 26 Maret.

Selanjutnya, jumlah kasus sembuh pun meningkat menjadi 35 orang dari sebelumnya di angka 31 orang. Sedangkan, untuk kasus meninggal, bertambah 20 orang dengan total keseluruhan mencapai 78 orang.

"Untuk akumulasi juga sampai hari ini ada penambahan 4 kasus sembuh. Oleh karena itu jumlah kasus sembuh ada 35 orang. Kematian ada penambahan 20 kasus, sehingga total ada 78 orang," papar Yuri.

>

Kemudian, jika merujuk dengan data yang ada per Kamis, 26 Maret, penambahan pasien terbanyak terjadi di dua wilayah, yakni, DKI Jakarta yang menyumbang 53 dan Sulawesi Selatan dengan 14 kasus baru. Dengan penambahan jumlah ini, DKI Jakarta tercatat memiliki 515 kasus dan Sulawesi Selatan terdapat 27 kasus.

"Kalau kita lihat sebarannya memang masih akan didominasi dengan kasus yang kita temukan di DKI Jakarta. Sementara kita lihat di Sulawesi Selatan juga terjadi penambahan kasus yang cukup banyak 14 orang," ungkap Yuri.

Membutuhkan tambahan tenaga medis

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Relawan Gugus Tugas COVID-19 Andre Rahadian menyebut, saat ini Indonesia masih kekurangan tenaga medis untuk menangani para pasien positif COVID-19.

"Saat ini Indonesia membutuhkan sekitar 1.500 dokter, terutama dokter spesialis paru, dokter spesialis anastesi dan juga dokter umum pranata lab sekitar 2500 perawat, dan juga bagian administrasi rumah sakit sampai ke sopir ambulan," katanya.

Untuk itu, pihaknya mengajak siapapun yang memilki kemampuan dalam bidang medis untuk menjadi relawan. Nantinya, mereka yang mau ikut berpartisipasi dapat mendaftarkan secara online melalui laman BNPB.

Selain itu, gugus tugas penanganan percepatan COVID-19 sudah berkeja sama dengan berbagai asosiasi, LSM, dan pergurua tinggi untuk bersatu melawan penyebaran COVID-19. Nantinya, para relawan yang memiliki kemampuan di bidang medis akan berada di garda terdepan. Sementara, untuk mahasiswa dari perguruan tinggi akan membantu dalam langkah-langkah pencegahan.

"Semua elemen untuk bergabung menjadi relawan, di mana para dokter dan perawat serta administrasi rumah sakit farmasi akan berada di gugus depan menangani pasien, menangani rumah sakit," ungkap Andre.

"Sementara teman-teman mahasiswa, mahasiswa tingkat akhir akan menjadi lapis kedua sebagai bagian dari pencegahan. teman-teman mahasiswa akan membantu konsultasi baik psikologis maupun medis yang akan dilakukan melalui platform online," tambah Andre sembari mengakhiri.