Minta Presiden Pezeshkian Iran Tidak Serang Israel, PM Inggris Starmer: Perang Tidak Menguntungkan
JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Keir Starmer meminta Iran menahan diri tidak menyerang Israel, mengatakan perang tidak menguntungkan siapa pun, saat menelepon Presiden Masoud Pezeshkian, kata kantor perdana menteri.
Menurut Sky News, yang pertama kali melaporkan berita tersebut, panggilan telepon itu berlangsung selama 30 menit dan terjadi setelah Perdana Menteri Inggris berbicara dengan Presiden AS Joe Biden dan sekutu Eropa lainnya pada Hari Senin.
PM Starmer mengatakan kepada Presiden Pezeshkian, dia sangat prihatin dengan situasi di Timur Tengah dan meminta semua pihak untuk melakukan de-eskalasi guna menghindari konfrontasi regional lebih lanjut.
"Ada risiko serius salah perhitungan dan sekarang saatnya untuk pertimbangan yang tenang dan hati-hati," kata PM Starmer, mengutip pernyataan Downing Street 10, seraya menambahkan bahwa ia menggarisbawahi komitmennya untuk segera melakukan gencatan senjata, membebaskan semua sandera dan meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, melansir Reuters 13 Agustus.
Lebih lanjut PM Starmer mengatakan, fokusnya harus pada negosiasi diplomatik.
Para pemimpin sepakat bahwa dialog yang konstruktif antara kedua negara merupakan kepentingan kedua negara.
Namun, PM Starmer mengatakan kepada Presiden Pezeshkian, dialog antara keduanya hanya dapat dilanjutkan jika Iran menghentikan "tindakan destabilisasi"-nya, termasuk ancaman terhadap individu-individu di Inggris dan jika Iran berhenti membantu invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga:
- Militer Israel dalam Siaga Tinggi Antisipasi Serangan Iran dan Hizbullah
- AS Yakin Gencatan Senjata di Gaza Mungkin Terjadi, Harapkan Hamas-Israel Lanjutkan Perundingan
- Presiden Putin Pastikan Ukraina akan Menerima Respons Setimpal Atas Serangan di Perbatasan
- Serangan Iran-Hizbullah Mungkin Terjadi, Menhan Israel: Kami Telah Memperkuat Pertahanan
PM Starmer berbicara dengan Pezeshkian sebagai bagian dari upaya de-eskalasi untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Pembunuhan baru-baru ini terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran dan komandan militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut telah memicu ancaman pembalasan terhadap Israel.