Bisakah Dokumen Kelahiran Lepaskan Khelif dan Lin dari Isu Transgender di Olimpiade 2024?

JAKARTA - Isu transgender menyerang petinju wanita Imane Khelif (Aljazair) dan Lin Yu Ting (China Taipei) yang tengah berlaga di Olimpiade Paris 2024.

Asosiasi Tinju Internasional (IBA) memiliki bukti tes gender bahwa keduanya tidak layak bermain di divisi tinju wanita.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengelak. Mereka menganggap kedua petinju memenuhi syarat, berdasarkan dokumen, untuk bertanding di divisi tinju wanita Olimpiade 2024.

Konflik antara IBA dan IOC pun memanas. IBA menggelar konferensi pers untuk menunjukkan hasil tes gender kedua petinju tersebut.

Sementara di sisi lain, IOC bersikeras bahwa hasil tes dari IBA tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

Bahkan, perseteruan melebar. Persiden masing-masing organisasi, Umar Kremlev (IBA) dan Thomas Bach (IOC), sampai menyerang personal hingga mengaitkan dengan konteks geopolitik yang membuat IOC mencoret IBA sebagai pengatur pertandingan tinju amatir.

Kesampingkan urusan ribut-ribut IBA dan IOC. Pertanyaan sesungguhnya ialah apa jenis kelamin biologis Khelif dan Lin sebenarnya?

Menurut penelusuran Reuters, keluarga Khelif baru-baru ini sudah buka suara. Mereka menunjukkan bukti bahwa petinju 25 tahun itu terlahir sebagai perempuan sesuai dengan paspor.

Dia diakui IOC sebagai atlet wanita, bukan transgender. Bukti dokumen lain bahwa Khelif tidak mengidentifikasi dirinya sebagai interseks (istilah untuk mendeskripsikan kondisi seseorang yang terlahir dengan dua jenis kelamin berbeda) menurut organisasi advokasi hak-hak kaum queer bernama GLAAD.

GLAAD adalah organisasi di Amerika Serikat yang mewadahi kaum queer, seperti biseksual dan transgender.

Kemudian, Lin Yu Ting setali tiga uang. Dokumen kelahiran petinju 28 tahun itu juga menunjukkan dirinya terlahir sebagai perempuan.

Laporan dokumen lain juga menyatakan bahwa Lin selalu berkompetisi sebagai seorang wanita. Bahkan dia selalu menjalani pemeriksaan menyeluruh oleh pejabat China Taipei.

Khelif dan Lin Buka Suara

Imane Khelif dan Lin Yu Ting akhirnya buka suara yang menerpa diri mereka di Olimpiade Paris 2024.

Dalam sebuah wawancara di SNTV, Khelif mengecam wacana yang beredar. Dia menganggap isu transgender yang beredar sebagai sebuah perundungan.

"Saya mengirim pesan kepada semua orang di dunia untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip Olimpiade dan piagam Olimpiade, untuk tidak menindas semua atlet, karena ini memiliki dampak, dampak yang sangat besar," kata Khelif.

"Itu dapat menghancurkan orang, dapat membunuh pikiran, jiwa, dan akal budi orang. Itu dapat memecah belah orang. Karena itu, saya meminta mereka untuk menahan diri dari perundungan."

"Saya ingin memberi tahu seluruh dunia bahwa saya seorang wanita. Saya akan tetap menjadi seorang wanita," ujarnya.

Meski berapi-api membela dirinya, Associated Press mengungkapkan bahwa Khelif menolak menjawab ketika ditanya soal tes yang dilakukan IBA.

Ia tidak ingin membicarakan tes tersebut dan sekarang terpenting untuknya ialah dukungan, terutama dari IOC.

"Saya tahu bahwa komite Olimpiade telah memperlakukan saya dengan adil. Saya senang dengan tindakan ini karena menunjukkan kebenaran," katanya.

Dukungan untuk Khelif sejatinya sudah mengalir dari berbagai pihak, sebut saja NOC Aljazair (COA), ayah Khelif, dan petinju Aljazair, Roumaissa Boualem.

COA menyebut bahwa isu tersebut merupakan serangan jahat dan tidak etis yang ditujukan terhadap Imane Khelif oleh media asing tertentu.

Lalu, ayah Khelif mengutuk isu tersebut dengan menyebut sebagai serangan tidak bermoral.

Roumaissa Boualem, di samping itu, malah lebih keras. Ia menegaskan bahwa IBA hanyalah omong kosong.

"Kami tinggal di Aljazair. Dia terlahir sebagai perempuan. Mereka (IBA) mengatakan melindungi perempuan, mereka melindungi atlet, tetapi dia (Khelif) juga perlu dilindungi," kata Boualem kepada Reuters.

Sementara itu, Lin memilih diam. Kendati demikian, dukungan terhadapnya juga meluncur deras. Bahkan, Presiden China Taipei, Lai Ching-te, turut buka suara.

"Mari kita berdiri di pihak (Lin), mendukungnya dengan tegas, dan bersorak keras untuk Lin Yu Ting dengan harapan terbaik dan tepuk tangan!" kata Lai.

"Dalam beberapa hari terakhir, rakyat China Taipei geram dengan fitnah terhadapnya. Menghadapi tantangan itu, Yu Ting tidak takut dan menggunakan kekuatannya untuk menghancurkan rumor. Mari kita terus mendukungnya!" ujar sang presiden lagi.

Perjalanan Terus Berlanjut

Huru-hara yang menyerang Imane Khelif dan Lin Yu Ting tak menghentikan mereka di Olimpiade Paris 2024.

Mereka sudah dijamin meraih medali di kelas masing-masing. Bahkan, Khelif dan Lin sama-sama melangkah ke final.

Khelif akan berduel dengan petinju China, Liu Yang, pada final kelas 66 kg putri, Sabtu, 10 Agustus 2024, waktu setempat.

Sementara Lin akan menghadapi petinju Polandia, Julia Szeremeta, pada final kelas 57 kg putri, Minggu, 11 Agustus 2024, waktu Paris.

IOC masih melindungi mereka untuk terus bertanding di tengah isu transgender yang mencuat.

IOC berpegang teguh kepada kerangka kerja tentang keadilan, inklusi, dan nondiskriminasi atas dasar identitas gender dan variasi jenis kelamin yang biasanya menyerahkan kepada badan pengatur olahraga untuk mendefinisikan serta memutuskan kelayakan.

IOC telah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengelola olahraga tinju di Olimpiade Los Angeles 2028 dan berharap federasi tinju internasional lain ikut serta.

"Kami memohon federasi (tinju) untuk bersatu dan gerakan itu telah dimulai untuk kembali dengan federasi baru yang dimodernisasi yang menghormati hak-hak para atlet," kata Mark Adams, Juru Bicara IOC.

Terlepas dari itu, isu transgender Khelif dan Lin mencuat tahun lalu.

Pada 24 Maret 2023, Khelif didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia Wanita 2023 di New Delhi hanya beberapa hari setelah dia memenangi pertarungan melawan petinju Rusia yang sebelumnya tidak terkalahkan, Azalia Amineva, dan tepat sebelum dia dijadwalkan bertanding di final.

IBA menyatakan Khelif dan Lin gagal dalam tes yang dilakukan selama Kejuaraan Dunia Wanita IBA pada 2022 dan 2023.

Dengan demikian, mereka gagal memenuhi kriteria kelayakan untuk berpartisipasi dalam kompetisi putri, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan IBA.

Presiden IBA, Umar Kremlev, mengatakan bahwa pengujian tersebut menunjukkan kedua atlet itu memiliki kromosom XY (umumnya laki-laki) dan bukan kromosom XX (umumnya perempuan). Namun, hingga saat ini ia belum merilis hasil tes atau bukti untuk mendukung klaim tersebut.

Khelif meraih perak dan Lin meraih emas dalam kategori berat masing-masing di Kejuaraan Dunia 2022 setelah pengujian pertama dilakukan.

IBA juga menerbitkan sebuah artikel beberapa bulan setelah pengujian tahun 2022, yang mempromosikan Khelif sebagai petinju wanita.

Kemudian, dalam sebuah pernyataan, IBA mengatakan bahwa satu tes ini tidak cukup untuk membuat keputusan dengan konsekuensi yang sesuai. Pengacara mereka lalu menyarankan untuk memantau situasi dan menghubungi IOC.

Pernyataan tersebut mengatakan bahwa hasil tes itu merupakan informasi medis yang dilindungi sebagai data pribadi dan tidak dapat dirilis ke publik tanpa persetujuan dari petinju yang diuji, tetapi keduanya telah menerima salinan hasil tes mereka.

Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 telah menolak pengujian IBA, dengan menegaskan bahwa tes tersebut bukanlah tes yang sah.

Satu hal lagi yang menjadi perdebatan bagi mereka yang mengajukan kasus terhadap kedua wanita tersebut adalah bahwa IBA mengklaim Khelif menarik banding di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), yang menjadikan keputusan IBA mengikat secara hukum dan Lin tidak mengajukan banding atas keputusan IBA.

Pernyataan IBA terbaru mengklaim bahwa CAS menghentikan proses karena pemohon tidak membayar biaya proses.

Namun, ABC NEWS tidak dapat menemukan bukti adanya banding CAS atau penarikan diri dari Khelif atau Lin.