Didepak dari All England 2021, Greysia Polii: BWF Main Paksa dan Memutuskan Sepihak

JAKARTA - Atlet senior spesialis ganda putri Greysia Polii mengutarakan pandangannya terkait insiden penarikan paksa Indonesia dari All England 2021 saat berlaga di babak pertama turnamen Super 1000 pada 17 Maret.

Greysia, yang berpasangan dengan Apriyani Rahayu, menilai BWF tidak memahami posisinya selain menjadi organisasi induk dan panitia. Pada masa pandemi, BWF juga berperan sebagai penengah antara otoritas kesehatan negara penyelenggara dan atlet.

Pada kasus penarikan timnas dari All England, BWF seharusnya bisa melindungi atlet dari kebijakan kepada Badan Layanan Kesehatan Inggris (NHS) yang terkesan dipaksakan untuk membawa timnas ke hotel isolasi.

"BWF adalah pelindung, dan kami (atlet) adalah aset mereka yang harus dinaungi. Mereka harus bisa lebih bertanggung jawab dengan respons mereka saat diarahkan NHS. Misalnya saat dikeluarkan dari hall, seharusnya ada pembicaran dua arah lebih dulu dengan manajer tim. Tapi di kejadian kemarin mereka main paksa dan memutuskan sepihak," kata Greysia dalam konferensi pers virtual, Senin malam yang dilansir Antara.

Skuat Merah Putih sejatinya memahami peran NHS selaku otoritas kesehatan yang harus dipatuhi oleh BWF, namun sebagai BWF juga wajib memahami kebutuhan peserta sehingga merasa aman dengan naungan mereka.

Dalam kesempatan ini timnas juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada PBSI, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar RI di London, media nasional, serta masyarakat Indonesia yang mencurahkan bantuan dan dukungan kepada mereka.

"Kami sangat berterima kasih kepada negara yang sudah memperjuangkan dan melindungi kami. Usaha mereka untuk melindungi atletnya sangat luar biasa dan kami sangat mengapresiasi," imbuh Greysia.