Peringatkan PM Israel Soal Situasi Kemanusiaan yang Mengerikan di Gaza, Wapres AS Harris: Saya Tidak akan Diam
JAKARTA - Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamain Netanyahu, dirinya tidak akan tinggal diam dengan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Jalur Gaza, Palestina, saat menerima kunjungannya pada Hari Kamis.
"Israel memiliki hak untuk membela diri. Dan bagaimana ia melakukannya penting," kata Harris kepada wartawan setelah pertemuan tersebut, melansir Reuters 26 Juli.
Ia mengatakan telah menyampaikan kekhawatiran seriusnya tentang skala penderitaan manusia di Gaza.
"Saya telah menjelaskan kekhawatiran serius saya tentang situasi kemanusiaan yang mengerikan di sana," katanya.
"Saya tidak akan diam," tegasnya.
Pernyataan Wapres Harris yang tajam dan bernada serius, mencerminkan apa yang mungkin menjadi perubahan dari Presiden Joe Biden dalam cara ia berurusan dengan PM Netanyahu.
Beberapa jam sebelumnya, Presiden Biden mendesak gencatan senjata untuk perang yang telah berlangsung selama 9 bulan di Gaza dalam pembicaraan tatap muka pertamanya dengan PM Netanyahu, sejak Ia melakukan perjalanan ke Israel beberapa hari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel dan menjanjikan dukungan Amerika.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, masih ada kesenjangan antara Israel dan militan Hamas yang menguasai daerah kantong Palestina itu dalam upaya gencatan senjata, tetapi "kita sekarang lebih dekat daripada sebelumnya."
"Kedua belah pihak harus membuat kompromi," kata Kirby.
Sementara, juru bicara Departemen Luar Negeri Matt Miller mengatakan: "Saya pikir pesan dari pihak Amerika dalam pertemuan itu adalah bahwa kita perlu menyelesaikan kesepakatan ini."
Pada Hari Jumat, PM Netanyahu akan pergi ke Florida untuk bertemu Trump.
Wapres Harris telah berpihak pada Presiden Biden terkait Israel, tetapi telah mengambil sikap yang lebih keras.
Baca juga:
- Belasan Tahanan Palestina Tewas di Penjara Israel Sejak Konflik 7 Oktober Pecah
- Kremlin Sebut Rusia Terbuka untuk Berunding Guna Mengakhiri Konflik dengan Ukraina, Asal...
- Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Klaim Berhasil Rebut Markas Besar Militer Regional
- Menlu Retno: ASEAN harus Terus Mendorong Implementasi Resolusi DK PBB Mengenai Gencatan Senjata di Gaza
Konflik tersebut dimulai pada tanggal 7 Oktober ketika militan Hamas menyerang Israel selatan dari Gaza, menewaskan 1.200 orang. Israel melancarkan serangan balasan.
Menurut penghitungan Israel, militan yang dipimpin Hamas telah menangkap 250 tawanan pada tanggal 7 Oktober. Sekitar 120 sandera masih ditahan meskipun Israel yakin satu dari tiga orang tewas.
Terpisah, otoritas kesehatan Gaza pada Hari Kamis mengonfirmasi, jumlah korban warga Palestina akibat agresi mematikan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 kini telah mencapai 39.175 orang, sementara. 90.403 orang luka-luka.