Salam Perpisahan untuk Nguyen Trong dari Warga Vietnam Jelang Pemakaman

JAKARTA - Vietnam memulai upacara pemakaman kenegaraan selama dua hari untuk mengucapkan salam perpisahan terakhir kepada Nguyen Phu Trong (80) pemimpin Partai Komunis berkuasa yang meninggal sepekan lalu.

Di tengah keamanan yang ketat, ratusan orang turun ke jalan di Hanoi di sekitar rumah duka di pusat kota dan pergi ke rumah keluarganya di luar ibu kota untuk memberikan penghormatan terakhir kepada orang paling berkuasa di negara Asia Tenggara tersebut.

Pejabat negara dan pejabat asing, termasuk kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, Presiden Majelis Nasional Kuba Esteban Lazo Hernandez, Perdana Menteri Korea Selatan Han Duck Soo, mantan perdana menteri Kamboja Hun Sen, Presiden Senat Australia Sue Lines, terlihat menghadiri pemakaman.

Pejabat asing lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, penasihat politik utama China Wang Huning, dan penasihat keamanan India Ajit Doval juga diperkirakan berada di Hanoi selama atau setelah pemakaman untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Trong.

“Saya turut berduka cita yang tak terhingga kepada Kamerad Sekretaris Jenderal Nguyen Phu Trong, seorang pemimpin yang luar biasa, seorang anggota partai komunis yang teguh, sebuah contoh cemerlang dalam terus-menerus mempelajari dan mengikuti ideologi Ho Chi Minh,” tulis Presiden Vietnam To Lam, yang untuk sementara mengambil alih tugas Trong, dalam buku pemakaman dilansir Reuters, Kamis, 25 Juli.

Hiburan publik tidak diperbolehkan dan bendera di kantor serta tempat umum lainnya dikibarkan setengah tiang selama periode dua hari tersebut.

“Dia mengabdikan hidupnya untuk rakyat dan negara, dan saya berterima kasih atas hal itu dan ingin mengucapkan terima kasih yang baik kepadanya,” kata warga Hanoi, Nguyen Thi Minh Thu, 68, saat dia mengantre di depan rumah duka.

Kuba dan Laos, sahabat komunis Vietnam, juga mengadakan pemakaman kenegaraan bagi pemimpin Vietnam tersebut.

Selama masa jabatan Trong sebagai ketua partai, Vietnam mencatat pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata sebesar 5,7 persen, salah satu yang tercepat di Asia.

Pada tahun 2017, ia melancarkan apa yang dianggap banyak orang sebagai tindakan keras terhadap korupsi ala China, yang dikenal sebagai “tungku yang menyala-nyala”.

Ratusan pejabat senior diselidiki karena korupsi dan banyak yang dipaksa mengundurkan diri, termasuk menteri kabinet, seorang ketua parlemen, dan dua presiden negara bagian. .

Trong juga memimpin Vietnam untuk meningkatkan hubungannya dengan kekuatan global, termasuk Amerika Serikat dan Tiongkok, sebagai bagian dari “diplomasi bambu”, ketika negara tersebut mencoba untuk mengatasi meningkatnya perselisihan global dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.