Mengenal Jenis Gangguan Tidur atau Disomnia, Insomnia Salah Satunya
YOGYAKARTA – Disomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang memengaruhi waktu, kualitas tidur, dan kuantitas tidur. Disomnia termasuk gangguan tidur primer, selain parasomnia. Penyebabnya bukan karena kondisi kesehatan seperti gangguan tidur sekunder yang dialami penderita depresi, stroke, radang sendi, asma, dan masalah tiroid.
Disomnia ditandai dengan kesulitan tidur atau tetap tertidur. Gejala umumnya termasuk merasa tidak mendapatkan cukup istirahat atau mengalami rasa kantuk yang ekstrem pada siang hari. Jenis disomnia dikategorikan menjadi tiga, antara lain:
- Gangguan tidur intrinsik, yang disebabkan disfungsi internal sehingga memengaruhi kemampuan tidur seseorang.
- Gangguan tidur ekstrinsik, disebabkan faktor eksternal yang memengaruhi tidur, seperti karena lingkungan atau kebiasaan kesehatan.
- Gangguan tidur ritme sirkadian, disebabkan waktu atau jadwal tidur tidak teratur sehingga mengganggu jam internal tubuh atau ritme sirkadian.
Insomnia yang sering dikenal sebagai gangguan tidur, termasuk gangguan tidur intrinsik. Gejalanya sulit tertidur, terbangun pada malam hari, atau bangun terlalu pagi, dan merasa lelah saat bangun tidur. Insomnia sering kali disebabkan oleh stres atau tekanan emosional.
Gangguan tidur intrinsik lainnya, disebut narkolepsi. Narkolepsi disebabkan kondisi neurologis yang dapat mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol siklus tidur-bangun. Selain narkolepsi, hypersomnia juga termasuk gangguan tidur intrinsik yang ditandai dengan rasa kantuk ekstrem pada siang hari meski sudah cukup tidur pada malam hari. Selain tiga jenis disomnia intrinsik tersebut, apnea tidur obstruktif, sindrom kaki gelisah, dan gangguan gerakan tungkai periodik, juga termasuk gangguan tidur intrinsik.
Untuk jenis disomnia ekstrinsik, antara lain kebersihan tidur yang buruk dan sindrom makan malam hari atau disebut nocturnal eating syndrome (NES) yang menyebabkan seseorang terbangun dari tidur malam hari untuk makan dan tidak bisa kembali tidur kecuali makan sesuatu. Nah, kondisi ini dikhawatirkan meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Gangguan tidur irama sirkadian, biasanya dialami oleh pekerja shift malam, gangguan jet lag setelah bepergian melintasi lebih dari dua zona waktu, sindrom fase tidur tertunda yang biasanya menyerang remaja, dan sindrom fase tidur lanjut yang menyebabkan tidur dan bangun lebih awal dibandingkan kebanyakan orang. Ditambah lagi, gangguan tidur-bangun non-24 jam dialami orang yang memiliki lama waktu tidur yang sama per hari namun jam internal leih pendek atau lebih lama dari 24 jam.
Baca juga:
- 5 Cara Mengatasi Mimpi Buruk yang Mengganggu Tidur Malam Anda
- Apa Itu Metode Tidur Skandinavia? Ini Pengertian, Cara Agar Nyenyak, hingga Manfaatnya
- Night eating Syndrome: Gangguan Makan Berlebih saat Tengah Malam yang Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan
- Efek Minum Kopi Tanpa Gula Setiap Hari: Manfaat dan Efek Sampingnya
Untuk mendiagnosis disomnia, penyedia layanan kesehatan seperti spesialis tidur akan mewawancara dengan memberikan sejumlah pertanyaan, meninjau riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, pemeriksaan fisik, melakukan studi tidur atau memantau berbagai parameter biologis saat tidur. Perawatan untuk mengobati gangguan tidur atau disomnia, bisa dengan terapi perilaku kognitif, latihan relaksasi, terapi cahaya terang, dan memberikan resep obat tertentu sesuai diagnosa.