Rupiah Berpotensi Menguat Didukung Data Tenaga Kerja AS

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 9 Juli 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didukung data tenaga kerja AS.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah hari Senin, 8 Juli 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,12 persen di level Rp16.258 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup naik 0,29 persen ke level harga Rp16.265 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan Dolar AS diperdagangkan sedikit menguat selama sesi perdagangan hari Senin seiring dengan penantian para investor akan testimoni Powell di hadapan Komite Perbankan Senat.

"Penguatan Dolar AS juga didukung oleh sentimen risk-off di Eropa setelah koalisi Sayap Kiri keluar sebagai pemenang dalam pemilihan legislatif Perancis," ujarnya kepada VOI, Selasa, 9 Juli.

Adapun, selama sesi perdagangan Amerika Serikat kemarin, penguatan Dolar AS juga didorong oleh rilis data kredit konsumen AS bulan Mei 2024 yang lebih tinggi dari ekspektasi, mengimplikasikan permintaan konsumen yang kuat di Amerika Serikat.

Josua menyampaikan pada akhir sesi perdagangan kemarin, Indeks Dolar AS ditutup naik 0,12 persen menjadi 105.00.

Menurut Josua, pergerakan rupiah dibuka menguat pada sesi perdagangan hari Senin kemarin, terutama karena sentimen dari rilis data pasar tenaga kerja Amerika Serikat.

"Data ketenagakerjaan terutama tingkat pengangguran dan NFP AS yang mengindikasikan pelonggaran pasar tenaga kerja AS mendorong pelemahan Dolar AS, dan tren ini berlanjut selama sesi Asia," ucapnya.

Namun, Josua menyampaikan rupiah memangkas penguatannya terhadap dolar AS di awal sesi perdagangan senin, dipengaruhi oleh ketidakpastian kondisi politik Eropa setelah pemilu Perancis. Sehingga, rupiah ditutup menguat sebesar 0.14 persen ke level 16,255 per Dolar AS.

Sementara itu, Obligasi pemerintah Indonesia melanjutkan penguatan, tercermin dari tren penurunan imbal hasil pada sesi hari Senin. Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia turun sebesar 1 bps hingga 4 bps.

Sedangkan, volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp17.17 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.20 triliun.

"Kepemilikan asing pada obligasi rupiah turun sebesar Rp1.12 triliun menjadi Rp808 triliun atau 13,91 persen dari total outstanding pada tanggal 05 Juli 2024," tuturnya.

Josua menyampaikan hari ini, pemerintah akan mengadakan lelang obligasi negara dengan target indikatif sebesar Rp24 triliun. Seri yang dilelang dalam lelang kali ini adalah SPN3mo, SPN12mo, FR0101, FR0100, FR0098, FR0097, dan FR0102. Imbal hasil seri benchmark 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing sebesar 6,91 persen, 7,03 persen, 7,08 persen, dan 7,12 persen.

Josua memperkirakan rupiah pada perdagangan Selasa, 9 Juli berpotensi bergerak di kisaran Rp16.225 per dolar AS–Rp 16.325 per dolar AS.