Waspada Serangan Botnet, Ini Tujuan Penggunaan Botnet oleh Penjahat Siber

JAKARTA - Pakar Kaspersky menemukan bahwa banyak botnet yang diperjualbelikan bahkan disewakan di situs gelap, dengan harga mulai dari Rp1,6 juta-an. 

Selain membeli yang sudah jadi, perusahaan keamanan siber global itu juga mengatakan bahwa ada cara yang lebih murah bagi penjahat siber untuk mengakses botnet. 

Sama seperti data sah yang bisa dibocorkan, kode sumber botnet juga bisa dirilis secara publik oleh pelaku kejahatan siber. Akses terhadap bocoran kode sumber ini bisa didapatkan secara gratis maupun dengan biaya 10 hingga 50 dolar AS (Rp160-812 ribu). 

Namun, botnet yang bocor umumnya dianggap sebagai opsi bagi mereka yang kurang ahli karena  lebih mungkin terdeteksi oleh solusi keamanan.

Penjahat siber pun dapat menugaskan botnet untuk dikembangkan dari awal. Biaya pengembangan ini mulai dari 3.000 dolar AS (Rp48 juta) dan tidak terbatas pada kisaran harga tertentu. 

“Sebagian besar kesepakatan ini terjadi secara pribadi, melalui pesan pribadi, dan mitra biasanya dipilih berdasarkan reputasi, seperti peringkat pada forum,” jelas Alisa Kulishenko, analis keamanan di Kaspersky Digital Footprint Intelligence.

Untuk Apa Botnet Digunakan?

Kaspersky melihat bahwa pembuat botnet selalu memiliki sesuatu untuk diperoleh, baik uang maupun kepuasan pribadi. Adapun tujuan pembuatan botnet, di antara lain adalah:

  • Pencurian keuangan, dengan memeras atau mencuri uang secara langsung
  • Pencurian informasi, untuk akses ke akun sensitif atau rahasia
  • Sabotase layanan, dengan membuat layanan dan situs web offline, dll.
  • Penipuan mata uang kripto, menggunakan kekuatan pemrosesan pengguna untuk menambang mata uang kripto
  • Menjual akses ke penjahat lain, untuk mengizinkan penipuan lebih lanjut terhadap pengguna yang tidak menaruh curiga. 

Sebagian besar motif membangun botnet serupa dengan kejahatan dunia maya lainnya. Dalam banyak kasus, penyerang ini ingin mencuri sesuatu yang berharga atau menimbulkan masalah bagi orang lain.