Bank Mandiri Kuasai 30 Persen Pangsa Pasar Pembiayaan Hijau di Indonesia
JAKARTA - Senior Vice President ESG Group Head PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Citra Amelya Pane menyebutkan bahwa bank plat merah ini menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar (market share) untuk pembiayaan hijau (green financing) di Indonesia.
“Untuk Bank Mandiri sendiri, kita sudah komitmen. Saat ini green financing, pasar Indonesia, itu 30 persen Bank Mandiri yang biayai. Per Maret 2024,” kata Citra dalam diskusi Green Economy Expo 2024 di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat 5 Juli.
Adapun total sustainable portfolio di Bank Mandiri, yang terdiri dari green portfolio dan social portfolio, telah mencapai sebesar Rp264 triliun hingga akhir Maret 2024. Green portfolio sendiri tercatat sebesar Rp130 triliun, sedangkan social portfolio yang berupa penyaluran kredit kepada pelaku UMKM sebesar Rp134 triliun sampai dengan Maret 2024.
“Sustainable financing sendiri di Bank Mandiri itu sampai Rp264 triliun dari kredit Bank Mandiri Rp1.113 triliun (secara bank only di kuartal I 2024), jadi hampir 25 persen,” ujar Citra.
Dia memandang bahwa peluang pembiayaan hijau di Indonesia, termasuk ekonomi sirkular, masih terbuka lebar. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Citra mengatakan bahwa Bank Mandiri akan mendukung penuh atas upaya pemerintah dalam mendorong pembiayaan hijau. Dia pun berharap, porsi pembiayaan hijau di Bank Mandiri juga terus bertumbuh.
Dalam mendukung pencapaian net zero emission, Citra mengatakan bahwa Bank Mandiri menerapkan Sustainability Framework yang terdiri dari tiga pilar antara lain Sustainable Finance, Sustainable Operations, dan Sustainability Beyond Banking.
BACA JUGA:
Oleh sebab itu, Bank Mandiri tidak hanya menegaskan aspek pembiayaan berkelanjutan sebagai bagian dari bisnisnya melainkan juga aspek keberlanjutan secara menyeluruh di dalam Mandiri Group, baik operasionalnya maupun dampak sosialnya melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (CSR).
“Di Bank Mandiri prinsipnya adalah bagaimana caranya harus embed ke dalam way of work. Daily work-nya harus berubah, dan daily business-nya harus juga berubah,” kata Citra.