Pemerintah Percepat Penurunan Emisi dalam Waktu 5 Tahun

JAKARTA - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi memperkirakan puncak emisi karbon akan terjadi pada tahun 2030.

Untuk itu, Eniya menegaskan, agar target puncak ini tidak bergeser ke tahun-tahun berikutnya agar target Net Zero Emission (NZE) dapat terlaksana pada tahun 2060.

"Jangan sampai ini bergeser ke 2035, which is kalau bergeser lagi nanti nggak tercapai dong 2060," ujar Eniya dalam sambutannya pada Green Economy Expo, Kamis 4 Juli.

Eniya bilang, untuk mencapai puncak emisi tersebut pihaknya akan berusaha keras agar dalam waktu 5 tahun untuk menggenjot penggunaan energi bersih.

Adapun realisasi yang ditargetkan pemerintah dalam waktu 5 tahun adalah penurunan emisi sekitar 993 juta ton CO2 equivalent.

"Ini akan terus-menerus kita upayakan. Paling kalau biasa jalan terjal ke atas sangat susah ya, memang ini susah nih pada saat kita ingin menurunkan emisi, tetapi masih ada pemakaian emisi sampai 2030," beber Eniya.

Adapun strategi yang akan digunakan pemerintah dalam masa transisi ini adalah dengan mengakselerasi penggunaan gas alam yang masih melimpah di Indonesia, termasuk mengakselerasi penggunaan energi baru terbarukan (EBT) di sektor industri.

"Menteri (ESDM) sudah informasikan ada penemuan natural gas di Jawa Timur. Mudah-mudahan skala besar sehingga bisa cukupi pipa gas yang masuk ke Jawa dan menggantikan energi di industri yang ada yang perlu heat demand besar," jelas Eniya.

Dirinya berharap, akselerasi penggunaan EBT akan terjadi pada tahun 2030, namu sebelum itu pemerintah dan berbagai pihak perlu mengupayakan penggunaan energi bersih.

Apalagi, kata dia, jika nanti didukung dengan adanya Revisi Undang-undang Energi baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET), pemerintah akan menyediakan banyak insentif untuk penggunaan EBT.

"RUU kalau gol tahun ini akan banyak insentif yang bisa kita dapatkan di renewable energy. Paling tidak ditabung dulu karbonnya. Ke depan kita berharap ada penggunaan bioenergy dan green hydrogen untuk sektor transportasi juga selain EV," pungkas Eniya.