Mundur, IPO PalmCo Bakal Digelar di 2026

JAKARTA - Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III atau PTPN III Mohammad Abdul Ghani menargetkan subholding PalmCo akan melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) paling cepat dilakukan di 2026.

“Kayanya (IPO) tahun 2026-2027 lah pemerintah masih baru,” tuturnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Selasa, 25 Juni.

Ghani mengaku, pihaknya tidak masalah menunda IPO PalmCo. Sebab, dia mengaku, perusahaannya juga harus melihat monentum pasar yang baik untuk melantai di bursa.

“Enggak apa-apa. Kan sekarang kita kan kalau valuasinya jelek. Sekarang kebetulan, kita kan harus cari momentum. Kalau untuk IPO bukan sekadar cari dana, untuk governance dan sebagainya. Kalau pasarnya lagi enggak bagus ngapain kita memaksakan,” jelasnya.

Sekadar informasi, rencana awalnya IPO subholding PalmCo dilakukan di tahun 2023. Artinya, rencana IPO tersebut mundur akan tiga tahun.

Ghani mengatakan, mundurnya rencana IPO ini dilakukan karena harus memperbaiki kondisi perusahaan.

Apalagi, sambung dia, subholding ini juga belum terbentuk.

“Karena pasar dan kami lagi rapih-rapih ini perlu. Subholding kan perlu dibentuk 2023 Desember. Rapihin dulu, dipoles-poles dulu,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, penawaran saham perdana atau IPO PalmCo direncanakan akan dilakukan di kuartal IV tahun 2023.

Adapun perusahaan tersebut merupakan spinoff holding Perkebunan Nusantara untuk memperkuat ekosistem industri sawit dan turunanya.

“Untuk industri sawit, sekarang kita dalam permohonan izin penyusunan peraturan pemerintah tentang pembentukan PalmCo. Harapannya kuartal IV bisa dilakukan aksi korporasi,” katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Senin, 20 Maret 2023.

Erick menekankan, kehadiran PalmCo sangat penting dalam optimalisasi turunan dari produk industri sawit.

Menurut dia, dengan aksi korpororasi ini perusahaan sawit BUMN bisa menjadi yang terbesar.

“Fungsinya salah satunya sukses industrialisasi di Indonesia. Sehingga turunan industri sawit sampai 80-an. Kita lihat salah satu bahan baku itu memang untuk industri make up,” ujarnya.

“Pasar make up Indonesia mencapai 5 besar di dunia. Nah 70 persen bahan bakunya ini dari produk lokal. Ini membuktikan hilirisasi menguntungkan bagi Indonesia kalau kita serius,” sambungnya.